Senin, 22 November 2010

The Using of Formation Evaluation Data for Preparing Development Drilling in Sandstone Reservoir

Judul diatas merupakan judul dari komprehensif yang saat ini sedang disusun oleh penulis, komprehensif merupakan sistem di UPN "Veteran" Yogyakarta jurusan Teknik Perminyakan, sebelum mahasiswa menempuh Tugas akhir, mahasiswa diharuskan menyusun komprehensif untuk mereview ulang semua materi pelajaran yang pernah diajarkan di kampus.

Dan disini, saya memilih judul ini sebagai bahan komprehensif yang akan saya bawakan nantinya di depan dosen pembimbing dan rekan-rekan semua di TM UPN.

Secara ilmiah dapat dilihat bahwa kandungan Hidrokarbon yang terendapkan di lingkungan darat dan lingkungan laut merupakan penghasil minyak dan gas bumi yang cukup potensial di Indonesia. Kandungan ini dapat ditemukan melalui informasi dan data geologi bawah permukaan.

Data tersebut akan lebih detail bila dilengkapi dengan data penilaian formasi. Data data penilaian formasi tersebut dapat berupa hasil data core, log, analisa fluida formasi, dan well test.

Drilling log merupakan suatu teknik pencatatan data yang teridiri dari metode driller’s log, mud log, dan analisa cutting. Pada prinsipnya driller’s log merupakan suatu catatan tentang sumur yang harus dibuat oleh drilller secara kronologis terhadap kedalaman lubang bor, terutama mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pengeboran minyak atau gas.
Dengan Driller’s log ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk perencanaan pemboran berikutnya. Mud log merupakan penyelidikan secara kontinyu untuk menentukan adanya kandungan minyak atau gas berdasarkan hasil sirkulasi saat pemboran berlangsung. Dari hasil sirkulasi lumpur pemboran tersebut kita akan dapat menentukan minyak menggunakan prinsip fluroensi bila disinari sinar ultra violet. Gas juga bisa dihitung melalui gas cromatograf setelah gas dipisahkan melalui gas agitator. Dan terakhir, analisa cutting dapat dilakukan untuk menentukan tanda tanda adanya minyak atau gas dan juga diskripsi lithologi batuan. Analisa cutting dilakukan tiap interval kedalaman tertentu. Dari analisa cutting ini dibuat korelasi antara hasil diskripsi sampel dengan kedalaman.

Metode logging pada dasarnya adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik batuan reservoir sebagai fungsi kedalaman lubang bor yang dinyatakan dalam bentuk grafik. Operasi ini menggunakan suatu instrument khusus (sonde) yang diturunkan kedalam lubang bor menggunakan kabel (wire line) pada saat lubang bor terisi fluida pemboran.
Tujuan logging adalah menentukan besaran-besaran fisik dari batuan reservoir yang didasarkan pada sifat fisik batuan reservoir itu sendiri. Di dalam pemilihan kombinasi logging, log dibagi menjadi Lithologi tool, resistivity tool, dan porosity tool.

Yang dimaksud dengan dengan coring adalah suatu operasi pengambilan contoh batuan formasi (core) dengan menggunakan peralatan khusus. Operasi ini dapat dilakukan pada saat pemboran berlangsung maupun setelah pemboran selesai. Hal inilah yang kemudian membedakan operasi pengambilan core menjadi dua, yakni Bottom Hole Coring dan Side Wall Coring. Dari analisa core ini, kita akan mendapatkan parameter parameter dari sifat fisik batuan, seperti porositas, permeabilitas, saturasi, dan tekanan kapiler.


Well test yang biasanya dilakukan pada saat pemboran eksplorasi adalah DST (drill stem test). DST merupakan suatu metode well test dengan menggunakan gauge/EMR (Electric Memory Recording) dan drill pipe sebagai penghantarnya. Pada kegiatan DST dapat diperoleh harga parameter-parameter seperti laju alir (q) dan tekanan saat sumur mengalir (Pwf). Dari data parameter tersebut maka komplesi sumur dapat didesign. Setelah komplesi sumur selesai maka dapat dilakukan PBU (pressure build up) test. PBU test merupakan well test yang menggunakan prinsip pressure build up dengan cara menutup sumur. Dari PBU test dapat diperoleh parameter-parameter seperti tekanan reservoir saat statik (Ps), permeabilitas formasi (k), dan luas daerah pengurasan (ri).

Semua informasi yang didapat pada dasarnya adalah untuk menentukan adanya hidrokarbon pada suatu formasi, dengan kata lain memastikan ada atau tidaknya lapisan produktif di suatu formasi. Dari semua data yang sudah didapatkan dari pemboran eksplorasi dan pemboran deliniasi tersebut, kita dapat mengolahnya dan menggunakannya sebagai langkah awal kegiatan pengembangan lapangan dengan pemboran pengembangan.

Pemboran adalah suatu kegiatan atau pekerjaan membuat lubang dengan diameter dan kedalaman yang sudah ditentukan. Dalam pembuatan lubang untuk mencapai kedalaman tertentu tersebut, yang harus diperhatikan adalah mempertahankan ukuran diameter lubang. Dalam perencanaannya, suatu proses pemboran dibagi menjadi 4 tahap, antara lain :
• PEMBORAN EKSPLORASI
Pemboran sumur-sumur yang dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon serta untuk mendapatkan data-data bawah permukaan sebanyak mungkin.
• PEMBORAN DELINIASI
Pemboran sumur-sumur yang bertujuan untuk mencari batas-batas penyebaran migas pada lapisan penghasilnya.
• PEMBORAN PENGEMBANGAN
Pemboran sumur yang akan difungsikan sebagai sumur-sumur produksi.
• PEMBORAN SUMUR-SUMUR SISIPAN (INFILL)
Pemboran sumur-sumur yang letaknya diantara sumur-sumur yang telah ada, dengan tujuan untuk mengambil hidrokarbon dari area yang tidak terambil oleh sumur-sumur yang sebelumnya telah ada.

Kegiatan pengembangan lapangan dalam hal ini perencanaan penyebaran sumur pengembangan, dilakukan apabila evaluasi data yang diperoleh dari pemboran deliniasi menunjukkan bahwa akumulasi hidrokarbon yang ditemukan cukup prospek untuk diproduksikan.
Perencanaan letak dan jumlah sumur-sumur pengembangan dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan jumlah hidrokarbon yang dapat diproduksikan kepermukaan dengan jumlah sumur seminimal mungkin. Perencanaan letak sumur-sumur pengembangan harus memperhatikan jarak antar sumur, jenis reservoir, sifat fisik batuan dan kondisi fluida reservoir agar dapat memproduksikan cadangan hidrokarbon secara maksimal dan ekonomis, dimana semakin sedikit sumur produksi maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan.

Kamis, 04 November 2010

Pertamina For Being The New Seven Sister? Impossible is Nothing dude..



Ada yang pernah denger apa itu seven sister? Atau malah ga tau, apa itu seven sister?

hmm.. Bagi rekans semuanya yang mau bekerja di Petroleum Industry, terutama rekans penulis sendiri yang belajar di Petroleum Engineering Department, harusnya mengerti apa itu seven sister? Bagaimana sejarahnya? Dan sekarang siapa saja calon The New Seven sister?

Menurut sejarahnya, The Seven Sister dari Industri Perminyakan dikenalkan pertamakali oleh pengusaha asal Italia, Enrico Mattei.

Enrico merujuk kepada 7 Perusahaan Minyak yang mendominasi Produksi, Pengolahan dan Distribusi Minyak pada pertengahan Abad 20.

Ke-tujuh Perusahaan Minyak tersebut terdiri dari 3 perusahaan Minyak yang merupakan pecahan dari Perusahaan Standard Oil, dan 4 perusahaan Minyak Utama lainnya.

Dengan menguasai produksi, pengolahan dan distribusi minyak mentah, ke-tujuh perusahaan tersebut sangat berhasil meraup untung yang besar ketika terjadinya peningkatan konsumi minyak dunia.

Barulah, ketika dunia Arab mulai mengambil alih kontrol, terutamanya melalui OPEC, maka pada dimulai pada awal 1960 dan akhirnya benar-benar menguasai pada tahun 1970, maka akhirnya pamor Seven Sister pun mulai menurun.

The Seven Sister Oil Company tersebut adalah:

1. Standard Oil of New Jersey (ESSO), yang kemudian merger dengan MOBIL menjadi EXXONMOBIL
2. Royal Ducth Shell
3. British Anglo-Persian Oil Company (APOC), yang kemudian menjadi BP, lalu BP AMOCO, tapi dikenal lebih sebagai BP
4. Standard Oil of New York (SOCONI), ini kemudian menjadi MOBIL, lalu menjadi EXXONMOBIL
5. Standard Oil of California, kemudian menjadi CHEVRON, dan gabung dnegan Texaco menjadi CHEVRONTEXACO.
6. GULF OIL
7. TEXACO

Seiring dengan mergernya beberapa perusahaan tersebut, akhirnya pada tahun 2005 yang tinggal bertahan dari “The Seven Sister” adalah:

1. ExxonMobil
2. Chevron
3. Shell
4. BP




Iya, mereka itulah The Seven Sister in Oil and Gas Industry yang terkenal.

Dan pada tanggal 11 Maret 2007, koran Financial Times menyebutkan bahwa saat ini telah lahir apa yang disebut dengan “The New Seven Sister”, yaitu:

1. SAUDI ARAMCO, SAUDI ARABIA
2. GAZPROM, RUSSIA
3. CNPC, CHINA
4. NIOC, IRAN
5. PDVSA, VENEZUELA
6. PETROBRAS, BRAZIL
7. PETRONAS, MALAYSIA

Amat sangat miris melihat salah satu perusahaan yang ditulis disitu dulunya belajar banyak dari kita, sekarang menjadi salah satu the new seven sisters, benar benar istilah guru kencing berdiri dan murid kencing pun bisa sambil berlari.

Kembali ke topic, Disini saya akan mencoba untuk menulis berdasar kaca mata saya sebagai seorang mahasiswa teknik perminyakan dan sebagai warga bangsa Indonesia.

Pertamina merupakan perusahaan yang besar di Indonesia, dulu sebelum bpmigas berjalan sebagai police government di Oil and Gas, Pertamina adalah raja di Industri Perminyakan di Indonesia, monopoli dimana mana dan banyak kekurangan disana sini.

Saat ini, dengan mengusung tema sebagai "World Class Company", Pertamina berusaha menunjukkan komitmennya untuk dapat bersaing dengan KKKS lain yang ada di Indonesia, mulai mencoba meng akuisisi beberapa lapangan lapangan yang sebelumnya di kuasai oleh KKKS dan mencoba men-develop-nya agar jauh lebih baik.

Pertamina merencanakan mengakuisisi lapangan minyak di beberapa negara seperti Irak, Libya, dan Angola untuk meluaskan jaringannya melalui Pertamina Hulu Energy (PHE), Pertamina juga mengakuisisi beberapa lapangan yang ada di Indonesia seperti PHE ONWJ yang dulunya merupakan lapangan BP ONWJ. Pertamina juga mengakuisisi saham PT Medco Energi Internasional Tbk, lewat pembelian sebagian saham Encore Energy Pte Ltd (EEPL) yang dimiliki oleh Encore International Ltd (EIL), dan masih banyak lagi.

Bahkan, menurut rencana, mengenai penghapusan sistem kontrak JOB, yang itu menurut penulis, juga bisa dijadikan sebagai acuan nantinya, apabila PHE ingin mengambil penuh semua lapangan JOB yang ada di Indonesia, yang kira kira kalau didata ada sekitar 35 an lapangan berstatus JOB.

Ada beberapa anggapan, bahwa tidak bijaksana apabila Pertamina hanya mampu mengakuisisi perusahaan yang sudah ada, kalo ingin menjadi Perusahaan Besar, Pertamina harus berani memulai sesuatu dari nol, harus mencoba berani memulai eksplorasi dari awal lagi. tapi, itu hanya pendapat, tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Menurut penulis sendiri, Pertamina melakukan akuisisi tidak sembarang akuisisi, pernah penulis berdisuksi dengan salah satu VP bpmigas, salah satu alasan dari akusisi akuisisi itu, yang mereka kejar bukan hanya lapangannya,
tapi Sumber daya manusianya.
Pertamina butuh banyak penyegaran di sektor SDA, contohnya dalam akuisisi PHE ONWJ, mereka tidak hanya ambil alih lapangan akan tetapi mengambil semua aset beserta employee nya. nantinya, setelah mendapatkan SDA yang handal, baru berani memulai lagi nol seperti yang dibiccarakan, istilahnya, mengasah kampak dulu baru motong pohon.
saya kira itu tujuan utama Pertamina. Kembali lagi ini masalah subjektifitas personal terhadap suatu permasalahan.

Yaah, apabila itu semua berhasil dilakukan, mimpi Pertamina untuk menjadi salah satu World Class Company, bahkan the new seven sister dan mengalahkan perusahaan tetangga rumah bakal tercapai. Amin.


Muhammad Afif Ikhsani