Selasa, 31 Januari 2012

Terekploitasi Cinta

Jakarta, di penghujung januari, dengan suasana sedikit berbeda, euumm..banyak berbeda lebih tepatnya, tidak ada lagi peta sumatera yang besar lengkap dengan WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) Pemberian Yayan Mulyana, salah seorang manager yang mengurusi jual beli lapangan2 yang akan digunakan sebagai penopang produksi migas nasional.
Kasur mungil yang dulunya menjadi tempat melepas penat dari jenuhnya kuliah, ujian semesteran, dan saksi bisu tiap malam bergadang mengerjakan skripsi. Sekarang berubah menjadi kasur dengan ukuran yang sama, tapi mempunyai kumpulan pegas didalamnya, sekarang udah pakai spring bed.

Kalau dulu 73 KM jarak dari rumah, sekarang pun berubah, sekitaran 575 KM, adaptasi lingkungan baru? Tentu saja, tapi yaa alhamdulillah saya termasuk ga terlalu rewel kalo masalah kayak gituan. Hehehehe...

Yaaah, lagi lagi saya belum bisa membalikkan arah haluan kapal kembali ke arah semula, dari awalnya ingin membawa kapal untuk menjadi seorang Drilling Engineer, demi sebuah gelar sarjana berani mengambil keputusan untuk sejenak memutar haluan kapal ke arah Reservoir. Dulu awalnya hanya demi satu kata “LULUS” dan gelar sarjana dibelakang nama saya, tapi akhirnya semesta berkonspirasi untuk membuat saya bekerja sebagai Jr. Reservoir Engineer di salah satu konsultan perminyakan di Yogyakarta.

Sekarang pun, setelah lulus, saya masih belum bisa memindahkan laju kapal yang terlalu kenjang mengikuti arah angin sebagai Reservoir engineer. Sementara ini saya menjadi buruh lepas di salah satu perusahaan nasional di Indonesia, kembali menjadi reservoir engineer, naik pangkat setidaknya dari junior menjadi engineer, walo kadang masih keki sendiri depan komputer ngliat segitu banyaknya angka. Satu satunya jalan ya telpon senior. Hahahaha...

Sebenere ga salah sih kerja sebagai seorang Reservoir Engineer, tapi ya itu, saya masih merasa kalau itu bukanlah jalan hidupku. Dengan aktivitas orang kantoran, workdays from Monday to Friday, from 7 o’clock until 4 AM, everydays, dengan style yang biasa disebut “eksekutif muda”, hmm..bukan saya sebenernya. Tapi yaah, bukan Muhammad Afif Ikhsani kalau cuma berkubang di tempat yang sama, dan hanya mencari zona aman, pernah saya berdiskusi dengan salah satu panutan saya, Starly Jellynek Hartono, Field Technical Professional II Baroid Halliburton Thailand, satu pesan yang akan teriang iang hingga nanti, “Keluarlah dari zona nyaman kalau sekiranya kita sudah merasa nyaman”.

Itulah aku, mungkin disatu sisi, saya adalah orang yang bs dibilang agak sedikit penakut, gampang ngeper kalo menghadapi sesuatu, tapi bertahan di satu tempat dan mencari kenyamanan semata, itu bukanlah saya. I do love challenge. Yaah, semoga keputusan untuk mengambil pekerjaan ini, sebagai Reservoir Engineer itu tepat, dan sebagai batu loncatan kelak untuk mengembalikan arah kapal saya. Setidaknya apa yang saya pilih kali ini merupakan sesuatu hal yang sudah bisa membuat kedua orang tua saya tersenyum. Bahkan menangis, bukan menangis karena sedih, tapi menangis karena bangga.

Masih teriang hari itu, hari sabtu 21 Januari 2012, untuk pertama kalinya saya teteskan air mata, bukan karena apa apa, hanya karena tersentuh hati terdalam saya, melihat kedua orang yang paling saya cintai, ayah dan ibu, Cuma diam dan tersenyum bangga melihat saya berdiri di podium kebesaran itu, untuk memindahkan tali dari toga kebesaran dari kiri ke kanan, dan tulisan cumlaude melekat di pundak saya, demi Tuhan yang menguasai hari pembalasan, semua yang sudah bapak dan ibu saya lakukan selama ini, mendidik saya, dengan berbagai cara yang mereka anggap terbaik, sudah berhasil membuat saya dari seorang bocah yang dulunya hampir dicap gagal oleh beberapa orang, menjadi seorang pria, pria yang bertanggung jawab, menjadi pria sehebat bapak saya, bapak Juara satu di seluruh Galaksi!

Masih sangat teringat malam itu, kalau tak salah saya masih berusia 3 tahunan, tiba tiba darah mengucur deras dari hidung saya, dengan sigap bapak mengeluarkan sepeda onthelnya, menaikkanku diatas boncengan di belakang, dan membawaku ke rumah sakit. Malam yang sangat gelap. Tanpa melupakan rasa sakit yang sudah ibu relakan ketika perutnya harus dibelah karena saya harus lahir caesar, Tuhan memang adil, sangat adil. Diangkat lah derajat mereka berdua, dari awalnya setelah menikah hanya dengan modal ibadah karena Allah, akhirnya berangkat juga ke tanah suci untuk menyempurnakan ibadah, semoga Allah selalu berikan yang terbaik untuk mereka.

Saya dedikasikan, semua yang sudah pernah saya dapatkan, atas cinta yang sudah dieksploitasi untuk mereka, hal baik yang entah mereka bangga atau tidak, untuk kedua orang tuaku. Iskandar dan Siti Chobilaisani.

Kamis, 19 Januari 2012

Geht nicht, gibt nicht!

Hari itu bulan juli 2007, udah bingung mau daftar mana lagi, setelah PMDK FK UNEJ gw gagal total, tiba tiba ga ada angin ga ada hujan mutusin keesokan harinya ikut tetangga buat ke Jogja, mampir ke rumah kakak dulu, buat minta dianter ke salah satu kampus di pinggir di jalan lingkar utara Yogyakarta, kampus yang selama ini gw ga pernah nyangka kalo itu kampus gara2 ada GOR gede banget. Ikut tes, dengan pilihan pertama Jurusan Teknik Perminyakan, dan pilihan kedua Teknik Geofisika, saat itu posisi sy berharap masuk jurusan Geofisika, itupun hanya gara2 terkena bujuk rayu penjaga tempat pendaftaran kalau jurusan Teknik Geofisika itu jurusan yang prospeknya gede.

Skip

Setelah kurang lebih satu jam saya duduk di depan komputer, tiba-tiba muncul kata "Excellent", orang bodoh pun tau apa arti kata berbahasa inggris itu, tapi kata itulah yang membuat saya berjodoh dengan jurusan yang dari silsilah keluarga saya tak ada yang pernah tau bahwa jurusan itu ada, iyaa, Muhammad Afif Ikhsani, diterima di Jurusan Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta.

Skip

Sore itu, tanggal 2 Desember 2009, di kota Bandung, tanpa sadar terlihat HP Berdering, bukan dari nomer Indonesia, itu nomer Arab Saudi, Bapak dan Ibu pastinya, gw angkat dan terdengar senyum bahagia dari mereka, kalau mereka senang bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci tempat kelahiran Rosullulah SAW. Ditanyain gmn keadaan gw, udah siap belom gw menghadapi lomba pertama gw di simposium nasional di ITB Bandung, cuma satu yang gw minta, gw diberi kemudahan, dan malam spektakuler itu pun terjadi, 3 Desember 2009, bisa dibilang itu mukjizat, ITB dengan skor 1800, UPN 1200, dan Trisakti bisa terbalik UPN menjadi Juara Pertama, Trisakti kedua, dan ITB yang ketiga. Dan selidik punya selidik, ibu gw cerita, di depan kakbah beliau ketemu orang tua dan ibu minta gw didoain, a miracle, tim gw Juara 1 Lomba di ITB.

Skip

Setelah ashar tiba tiba telfon berdering, waah, dari jakarta, lagi lagi berhubungan dengan telfon, suara seorang pria yg muncul dengan nada yang tinggi "Anda mengirimkan email untuk saya? Apakah saya kenal anda", gemeter sih sebenere gw dengernya, tapi yaa mencoba untuk tenang, gw cuma jawab "Maaf bapak, ya ini saya mau kenalan dulu sama Bapak, saya pengen bisa ke Papua pak, nuntut ilmu disana". Dan dari percakapan itu, saya dengan sahabat saya bisa menjejakkan kaki di tanah Papua, ujung timur Indonesia. Dengan diiringi doa dan tangis ibu, ga pernah beliau bermimpi anaknya akan sejauh ini pergi, gw berangkat juga ke Papua, JOB Pertamina-PetroChina Salawati.

Skip

Malam hari, si Admin koordinator asisten Lumpur Pemboran, rekan gw jadi asisten, ga ada angin ga ada hujan dy sms gw, "Fif, km dapet SDM". Iya saat itu adalah hari pengumuman dosen pembimbing Komprehensif, dan gw cm tertunduk lesu melihat pengumuman di depan pengajaran, Muhammad Afif Ikhsani-Dr. Ir. SDM, SE. Msc., Hal yang saya lakukan pertama adalah "Tertawa" padahal di dalam hati kecil gw saat itu juga serasa ga punya nyawa lagi. kenapa begitu? tanyakan pada mahasiswa2 di kampus saya. Tapi semesta pun bereaksi akan hal itu, setelah diurus ternyata ada kesalahan, dan akhirnya muncullah nama lain, Dr. Ir. DK, MT. Semesta berkeinginan saya berjodoh dengan pak DK, bukan Pak SDM, saya beruntung.

Skip

Pagi itu dengan baju putih, celana kain polos hitam, dan dasi pinjeman dari si Amir, gw coba masuk di ruangan 3x8 itu, iya, ruang sidang, dan muncul pak SND sebagai pembahas saya, hari itu adalah hari penantian dari 4 tahun saya belajar di Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta. Hampir ngompol sih enggak, tapi iya juga, 3 Ahli Reservoir ada di ruangan itu, Pak DK sebagai Pembimbing I, Pak YS sebagai Pembimbing II, dan Pak SND sebagai Pembahas. Mencoba menguji seorang tolol yang berani mengubah wallpaper komputer di grant (tempat gw nge proyek di Jogja buat PTM) dengan tulisan "Reservoir bukanlah jalan hidupku" sehingga dianggap sebagai badut simulasi depan komputer.

Skip

8 November 2011, Pak AKP akhirnya mengumumkan di ruangan biru itu, Muhammad Afif Ikhsani dinyatakan Lulus dari Jurusan Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta dengan Skripsi berjudul "Perencanaan Penambahan Titik Serap (Infill Drilling) di Lapisan "X" Lapangan "Y"). Cuma bisa mengucap hamdalah, dan tetesan air mata pun tanpa dikomando keluar dari mata ini :)

Skip

9 Januari 2012 gw akhirnya berangkat ke Jakarta, memutuskan untuk keluar dari sarang, jauh dari solo dan jogja, resmi bekerja sebagai buruh lepas di Perusahaan tiga warna, tanpa saya sadari, semesta membuat saya masih tertahan sebagai Reservoir Engineer.
Tapi mimpi sebagai Drilling Engineer masih tertata rapi di tiap jengkal otak dan hatiku.

Skip

Lusa semuanya akan usai, toga sudah ada didepan mata gw, gw akan disahkan sebagai seorang sarjana, tak terasa 4.5 tahun gw sudah ada di kota ini, Yogyakarta. Terima kasih sudah banyak ajarkan semuanya, tak mengerti apa lagi yang bisa kupersembahkan, banyak orang yang berjasa atas semuanya,

Ayahku terutama, juara satu di segala galaksi, tanpa beliau yang terus ngomong kalau gw bisa, ga bakal gw bisa kayak gini. Air mata pun menetes ketika beliau dengan senyum tiba tiba berujar kepadaku, "Ga kusangka anakku bisa sehebat ini, kalau kakekmu masih hidup, pasti mereka bangga melihatmu"

Ibuku, kadang memang kuakui, dy adalah ibu paling mengesalkan di seluruh dunia, tapi dialah wanita yang paling kucinta di sepanjang galaksi ciptaan-Nya. Tanpa dia, ga bakal gw bisa nemuin wanita wanita hebat yang sudah banyak bantu gw, dukungan moril, karena ga gw pungkiri jg, hampir semua cewek yg gw bener2 suka (ga banyak sih) itu mirip ma beliau.

Bapak Dedy Kristanto, beliau lah dosen pembimbing saya, guru saya, dan teladan saya, sempet suatu ketika beliau mengomentari blog saya, kaget nama beliau ada di blog, dan melihat foto hasil sotoshop gw yg lagi pake toga, salah tingkah saya dibuatnya, tapi bangga juga blog saya diapresiasi sama beliau, kalo ga karena beliau ga bakal gw bisa lepas dari kampus ini, saya persembahkan semua yang sudah saya dapatkan selama ini untuk beliau.

Teater Kosong SMANSA, tempat saya berubah 180 derajat, Mimbar, Inung, anak2 kontrakan kendalisodo (tipen, fahmi, anderson, riki), anak2 amarta (azmi, bony, dabeng, ipul), anak2 wild cat semuanya (diwakilin komting si sange), Sahabat sahabat saya dari dulu (Galuh, Ipah, PM, Kebo dan power ranger), anak2 Grant terutama si uwes, rudi, rena, sama si galang, om jelly yang membuat saya sadar, ada hal yang jauh lebih penting dibanding materi, Pak Harry dan Om Hendriyan, pengalaman yang luar biasa di tanah Papua, mantan2 saya (kalo gw sebutin satu satu takut dikira sombong, banyak soale hahahahaha), dan seklumit ceritaa indah selama 2 tahun di kota Paris.Semua deh yang bisa membuat saya bisa tahan sampai detik ini. Terima Kasih semua, terima kasih Kota Yogyakarta :')

Yogyakarta, 2 hari sebelum saya wisuda, dengan BB lagi shuffling lagunya Sheila on 7-Kita. Dan ingatlah kawan bahwa geht nicht, gibt nicht! (Tidak bisa itu tidak ada!)

The Snow White Smile :)

Salju kah ini? ternyata bukan, hanya gumpalan kapuk yang terderai dari bantal kusam itu, bantal yang sudah menemani selama 4.5 tahun perjalanan hidup di kota pelajar. Kota dimana saya memutuskan untuk tetap meneruskan kuliah, tidak berhenti hanya untuk mengejar gelar dokter, dan mendapatkan mimpi baru yang lebih luar biasa, keliling dunia :)

shuffle lagu masih berputar di lagunya adam sandler, grow old with you.

Jogjakarta, sudah merupakan rumah kedua bagi saya pribadi, pertama kos di Jalan Wahid Hasyim, angkringan yang tiap sore saya kunjungi hanya untuk selamatkan perut keroncongan saya, mungkin saat itu, slogan salah satu franchise di Jogja, "really safety ur Hunger" should be dedicated to that awesome angkringan. hehehe...

Saat ini adalah bulan Januari 2012, beberapa peristiwa yang cukup besar juga sering bermain sapa denganku, legitimasi menjadi seorang sarjana, pekerjaan sebagai reservoir engineer di perusahaan 3 warna, dan tentunya berkesempatan menikmati kesempatan menjadi bagian dari harimau harimau yang keluar dari sarangnya, untuk menunjukkan pada kawanannya bahwa dialah yang paling hebat dalam mencari mangsa, iya, saya memutuskan untuk merantau ke ibu kota, Jakarta. :)

Shuffle lagu berpindah ke Boyce Avenue, dare to believe.

22 Tahun, saya ga jauh dari Orang tua, mentok pun pergi ke Sorong, itu pun cuma sebulan. Satu hal yang saya yakini,

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Yaaah, namanya hidup, semua butuh proses, lahir, bayi, balita, TK, SD, SMP, SMA, Kuliah, Kerja, Menkah, Jadi Bapak, Jadi kakek, meninggal. Itulah proses, dan kadang kita tidak sadar kalau kita sedang dalam proses tersebut.

Beberapa orang ada yang dulu cukup banyak remehkan keberadaan saya, jadikan saya lebih termotivasi dan yakin kalau Tuhan punya rencana yang indah untuk saya.

Walau emang sih, dulunya saya jauh dari kata "normal", masih balita udah ngencingin orang tua, pas TK petentang petenteng depan kepala sekolah ibuk saya terus saya ngludah 3 kali depannya, pas SD kelas 3 kerjaan tiap hari adalah "telat" dan selalu menghabiskan jam pertama dan kedua di UKS gara2 diusir, mukulin anak guru gara2 "mukanya jelek" (ini alasan terabsurb yg pernah sy akui), "dipecat" secara tidak hormat sebagai ketua kelas IV hanya gara2 saya dianggap otoriter oleh wali kelas saya (ini ga logis, sy baru 10 tahun). Yaaah, itulah masa2 kecil sy dulu.
Memang sih agak jauh dari kata "imut" dan lugu, tapi semua itu jadi cambuk saya, kalau dibalik orang2 yang khawatirkan "keberadaan" saya, saya masih bisa menunjukkan kalau saya pun berprestasi.

cita cita saya cuma satu, membuat ibu tersenyum, semanis "the snow white smile" no matter my past label :D