Senin, 30 April 2012

Etalase Penikmat Senja (1)

Tempo hari pulang dari Jogja, awalnya dalam pesawat ngrasain turbulensi yang kuat gara-gara mendung sepanjang kota Jogja yang cukup tebal, tapi benar kata orang, badai itu pasti berlalu. :)

Jumat, 27 April 2012

Aku dan dia

Akuin atau tidak, dunia industri sangat jauh berbeda dengan dunia pendidikan, apalagi di jaman kuliah atau di jaman kita belajar dulu. Kadang masih ga ngerti ketika ada senior yang tiap ke kampus mencoba memberikan semangat ke adik adik junior mereka, "Kerja itu enak kok, ga sesusah kuliah".
Mungkin stigma itu yang musti dirubah selama ini. Bukan berarti salah, tapi ya memang salah. :p
Selama kuliah kita mempelajari sesuatu yang homogen dan sifatnya bisa dikendalikan, ketika human error hanya ada diatas kertas, dan dinilai oleh huruf A, B, C atau bahkan D.
Di dunia kerja, di Industri, semua berbeda, tidak ada lagi IPK, tidak ada lagi nilai-nilai tersebut, tidak ada hal yang homogen, semua heterogen. Itu artinya, semuanya lebih susah dan tentunya beresiko. Tidak hanya pekerjaan saya yang kebetulan saya bekerja di Industri oil and gas yang penuh risks dan uang.
Semua jenis pekerjaan memiliki beban yang sama, meski ukurannya berbeda. Sebagai seorang guru ataupun dosen, ketika mereka harus sudah bertemu dengan murid muridnya, menyampaikan apa yang dia tau, di saat itu pula dia mulai menanggung beban atas apa yang dia sampaikan ke murid murid nya, ketika ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amalan yang tak akan pernah putus hingga kiamat nanti. Seorang dokter, yang bukan lagi melakukan praktek dengan mayat, ataupun model lainnya, apabila sudah harus melakukan analisa penyakit atau bahkan operasi sudah benar-benar manusia utuh yang menjadi obyek nya. Resiko malpraktek, cacat atau bahkan pasien meninggal merupakan tantangan terberat menjadi seorang dokter. Begitu pula dengan apa yang saya gundahkan akhir akhir ini, mencoba meretas mimpi dari seorang mahasiswa teknik perminyakan, dan dianggap bernilai "memuaskan" tapi tidak bisa berbuat banyak di depan pimpinan perusahaannya. Bukan apa apa, ini bukan ujian UTS, atau pun UAS. Pengalaman berperan penting semuanya disini. Ketika 1+1 bukan lagi di anggap 2, itulah dimana kita harus mempertimbangkan banyak aspek, dan jam terbang adalah solusinya.

Ketika kita berfikir, bahwa kita adalah salah satu yang terbaik, dari kumpulan beberapa yang terbaik, setidaknya kita tau alasan mengapa kita berani asumsikan seperti itu, apakah itu asumsi yang standard ataukah tidak? Bekerja di industry oil and gas bukanlah industry yang murah, tidak bisa disamakan dengan pabrik TV, kain, atau bahkan makanan. Oil and gas itu penuh resiko, dan taruhannya uang jutaan ribu dolar amerika. Sekali kita salah dan lalai, banyak uang yang akan terhamburkan. Belum lagi masalah resiko, ingat masalah Lapindo? Ingat masalah piper alpha? berapa banyak jiwa yang mati karena satu kata bernama lalai? Mencintai pekerjaan, itulah poin dari semuanya, ketika kita harus mencintai apa yang kita kerjakan saat ini.

Banyak orang merasa mereka tidak bekerja sesuai dengan hati nurani, tidak dengan cinta, bukan mengejar kepuasan, tapi hanya mengejar harta. Itulah sesuatu hal yang kurang tepat. Ketika seorang guru dengan semangat dan bahagianya mengajarkan setiap hal kecil yang dia tau ke murid muridnya, ketika seorang dokter dengan ramahnya menerima para pasien dan mensugestikan kesembuhan ke pasien pasiennya, dan ketika seorang reservoir engineer dengan sabarnya berusaha melakukan history matching dan forecasting atas lapangan minyak yang dia kuasai. Terus terang, saya pun masih belajar mencintai pekerjaan saya yang sekarang, masih berusaha mengenal lebih dekat dan lebih dalam tentang apa yang dinamakan reservoir, waktu dan takdir sudah mempertemukan kami, hanya berharap, waktu dan takdir pula lah yang nantinya menyatukan kami. Saya sebagai reservoir engineer.

Jumat, 20 April 2012

Coiled Tubing Unit

Lagi waras, jadi mau bahas yang waras waras,
Eksploitasi merupakan suatu kegiatan pengerjaan atau pengusahaan suatu sumber hidrokarbon untuk diproduksikan secara maksimal. Usaha untuk pengerjaan ini memerlukan keteknikan yang, makin lama makin berkembang, salah satu diantaranya adalah teknologi coiled tubing. Coiled Tubing (CT) adalah suatu tubing yang dapat digulung dan bersifat plastik, terbuat dari bahan baja yang tak tersambung, dengan diameter berkisar antara 1-5 in, tebal 0,067 - 0,25 in. Komponen-komponen Coiled Tubing Unit (CTU) telah dikembangkan untuk dapat menggantikan atau menutupi kelemahan teknologi konvensional yang sudah ada.


Dalam operasinya, CT juga mempunyai batasan-batasan operasi penggunaannya serta mengalami pembebanan akibat gaya-gaya yang bekerja padanya, yang dapat meminimalkan kerusakan atau bahkan patah. Adapun batasan-batasan operasinya meliputi batasan tekanan dan tegangan (pressure and tension), diameter dan keovalan, kelelahan dan korosi serta batasan pemompaan dan pengaliran. Yang terpenting adalah batasan tekanan dan tegangan, berhubung dengan kemungkinan adanya kerusakan permanen. Batasan tekanan dan tegangan pada CT ditentukan berdasar material pembentuk, yield strength, dan tensile strength, diameter dan ketebalan, serta berat nominal CT. Apabila tekanan/tegangan yang dikenakan pada CT melebihi minimum yield strength-nya, maka CT akan mengalami kerusakan permanen akibat deformasi plastik.
Dengan mengacu pada batasan-batasan operasi CT, penerapan teknologi coiled tubing untuk mengeksploitasi suatu reservoir akan dapat dilakukan dengan baik. Penerapan-penerapan ini meliputi kegiatan pemboran, produksi atau komplesi sumur dan operasi kerja ulang. Pertimbangan-pertimbangan penggunaan CT meliputi pertimbangan teknis, pertimbangan mekanis, dan pertimbangan waktu dan biaya. Secara teknis, CT lebih mudah pengoperasiannya karena didukung dengan alat-alat penunjang yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga aman dalam operasinya, serta adanya peralatan pengontrol/monitor operasi yang baik. Pertimbangan mekanik didasari pada kemampuan, CT dan keunggulan masing-masing komponen. Dan pertimbangan waktu yang lebih cepat sehingga memungkinkan untuk memperkecil biaya operasional.


1. Penerapan CT Pada Operasi Pemboran
Penggunaan CT untuk operasi pemboran menggantikan drill pipe konvensional didasari/didorong oleh tersedianya ukuran CT yang lebih besar (>1 in.), sehingga memungkinkan untuk meneruskan hydraulic horsepower ke downhole motor melalui fluida pernboran untuk memutar pahat dan sekaligus membersihkan lubang bor. Peralatan yang digunakan adalah CTU ditambah dengan peralatan penunjang seperti peralatan sirkulasi, BOP sebagai peralatan utama kontrol sumur, dan peralatan pcngangkatan. BOP untuk operasi pemboran dengan CT didesain secara khusus untuk melindungi peralatan-peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah permukaan, disamping fungsi utamanya menjalankan kontrol sumur. Oleh karena itu, umumnya BOP dipasang dua /setingkat.
Bottom Hole Assembly (BHA) merupakan satu kesatuan rangkaian peralatan bawah permukaan yang disusun untuk mencapai laju penetrasi yang optimum, pencapaian target yang tepat dan lubang bor yang halus. Perencanaan BHA ini akan sangat menentukan keberhasilan dari proyek pemboran, oleh karena itu perlu dipertimbangkan faktor-faktor penting seperti:
Perencanaan Pemboran > berhubungan dengan target pemboran yang akan dicapai, kedalaman pemboran dan jenis pemboran,vertikal, berarah atau horizontal.
Formasi > berhubungan dengan pemilihan kombinasi motor-bit yang akan digunakan dan parameter-parameter pemboran seperti WOB dan RPM, serta pemilihan fluida pemboran.
Mekanis > pemilihan komponen-komponen BHA menimbang pada mekanika masing-masing komponen.
BHA untuk operasi pemboran dengan CT umumnya juga dilengkapi dengan Measurement While Drilling (MWD) sehingga alat pengukur dan monitoring selama operasi pemboran berlangsung yang dihubungkan melalui wireline ke komputer di permukaan. Dengan pemilihan rangkaian BHA yang baik juga akan mengurangi efek buckling selama operasi pemboran, khususnya pada pemboran berarah dan horizontal, yang pada akhirnya akan dapat mencapai laju penetrasi yang optimum, tepat target dan lubang bor yang halus.
Penggunaan CT untuk operasi pemboran vertikal maupun berarah dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu pemboran re-entry dan pemboran sumur baru. Pemboran sumur re-entry adalah pemboran kembali untuk memperdalam sumur, biasanya dilanjutkan dengan pemboran berarah atau horizontal, dengan window cutting. Dan pemboran sumur-sumur baru umumnya untuk sumur injeksi atau sumur observasi. Operasi pemboran ini tetap memerlukan adanya lubang permukaan (shallow surface hole) untuk casing permukaan. Untuk sumur baru, Dowell menggunakan metode yang disehut “Crane Drilling” untuk membuat lubang permukaan, metode ini tetap menggunakan downhole motor untuk memutar bit, dan setelah lubang permukaan terbentuk dipasang casing permukaan sebagai landasan peralatan kontrol sumur.
Pemboran vertikal trayek berikutnya dilakukan dengan CT dan BHA yang meliputi PDC, PDM, DC, release joint, check valve, dan connector. WOB yang diberikan cenderung lebih kecil daripada pemboran konvensional, dengan RPM yang tinggi sesuai daya downhole motor untuk memutar bit. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan maupun operasinya adalah:
Pemilihan fluida pemboran yang khusus > fluida pemboran ditekankan pada fungsi pembersihan lubang bor, baik pada kondisi overbalance maupun underbalance.
Hidrolika lubang bor > berhubungan dengan laju pemompaan dan kecepatan di annulus agar fluida mampu mengangkat serbuk bor, serta adanya pressure loss.
Kombinasi motor-bit > berhubungan dengan daya pada motor untuk memutar bit. Optimasi hal-hal tersebut diatas akan dapat memperbesar laju penetrasi pemboran.
Pada pemboran berarah maupun horizontal, yang umumnya adalah pemboran re-entry, dilakukan dengan window cutting, pemasangan whipstock assembly dan dilanjutkan dengan memotong casing pada BHA meliputi diamond speed mill, low speed motor, DC, disconnecting sub, flapper valve dan connector. Selanjutnya, pemboran bagian bawah berarah dilakukan dengan perencanaan BHA khusus, penambahan peralatan orienting tool dan MWD sebagai kontrol arah dan mechanical release untuk penanggulangan jepitan pipa. Problem jepitan pipa (lock-up), baik akibat formasi maupun mekanik peralatan merupakan salah satu problem yang cukup serius. Oleh karena itu diperlukan perencanaan BHA yang sesuai dan pemilihan fluida pemboran untuk pencegahan pengembangan clay, umumnya dipakai Thermally Activated Mud Emulsion (TAME Mud).
Pada bagian horizontal, panjang bagian horizontal yang dapat dibor juga tergantung pada peralatan yang digunakan, dalam hal ini adalah susunan BHA yang digunakan dan fleksibilitas rangkaian. Semakin baik perencanaan BHA-nya, memungkinkan untuk mencapai bagian horizontal yang panjang. Dalam perencanaan maupun operasi pemborannya, umumnya semakin kecil laju build-up (BUR) maka akan semakin panjang bagian horizontal yang dapat dibor, dan CT telah mampu melakukan pemboran tipe Ultrashot Radius Radial System, (URRS), dimana pemboran konvensional belum mampu melakukannya. Strategi pembebanan pada bagian horizontal juga sangat diperlukan dengan beban buckling yang dapat menyebabkan kondisi lock up pada bagian belokannya. Problem buckling maupun lock up ini dapat dikurangi dengan menggunakan CT yang berukuran lebih besar atau dengan mengurangi clearance/ruang CT dengan dinding lubang bor.
Pemboran sidetrack pada formasi shale sangat mepengaruhi terhadap pemboran menggunakan coiled tubing. Ketika ROP menurun pada kedalaman 5982 ft arah tool face berlawanan dengan arah pemboran yang diinginkan, kejadian tersebut dikarenakan CT orienter mengalami reaction torque oleh formasi shale saat dibor. Pada formasi shale ini rangkaian CT 2 3/8” harus menahan torsi yang besar dan hal tersebut mengakibatkan rangkaian ikut berputar karena besarnya torsi sedangkan karakteristik CT 2 3/8” dan motor 4 ¾” hanya mampu bekerja pada batasnya dan tidak mampu menahan torsi yang berlebihan. Tool face mengalami perubahan arah yaitu berlawanan arah dengan yang diharapkan.
Permasalahan ini diatasi dengan menarik CT kepermukaan sehingga terjadi torque release dan kemudian arah toll face dikoreksi sesuai dengan arah yang diinginkan. Usaha tersebut berhasil sehingga CTD dapat mengebor sampai target 5665 ft TVD atau 6535 ft MD dengan arah azimuth – 2446, 77 N+/S- dan – 1771,73 E+/W-., dimana target perencanaan adalah kedalaman 5555,2 s/d 5689,8 ft untuk TVD, 6413,0 s/d 6571,8 ft untuk MD. Sedang arah azimuth yang diharapkan adalah –2440,96 s/d 2475,6 N=/S- dan –1758,29 s/d – 1833,01 W+/E-.
Operasi squeeze cemeting merupakan proses pendesakan bubur semen melalui lubang perforasi atau lubang pada casing/liner yang bertujuan untuk memperbaiki penyemenan tahap pertama. Operasi squeeze cementing dengan CT telah banyak dikembangkan dan dibuktikan dengan prosedur operasi yang sesuai dan desain bubur semen yang baik. Diperlukan desain dan pertimbangan kontrol yang lebih tepat dibanding konvensional squeeze cement. Pengujian di laboratorium dilakukan pada thickening time, fluid loss dan rheologi bubur semen, dan harus dapat disampaikan dengan jelas untuk mewakili kondisi lapangan yang sebenarnya. Urutan test bubur semen untuk operasi dengan CT ditunjukkan pada Tabel IV-19 dan tipikal komposisi dan karakteristik bubur semen pada Tabel IV-20. Yang perlu diperhatikan dalam CT Squeeze cementing adalah tidak adanya air dan padatan yang mengendap dalam bubur semen, yield point berkisar antara 5 lbf/100 ft2 sampai 10 lbf/100 ft2 dan minimum plastic viscosity lebih kecil dari 50 cp. Keberhasilan CT squeeze ditentukan oleh penempatan dari cement coloumn off-bottom bubur semen yang stabil, sehingga kelebihan semen kecil dan dapat dipindahkan dengan cepat.

2. Operasi CT pada Operasi Produksi.
2.1. Penerapan CT Pada Penyelesaian Sumur
Penggunaan CT untuk komplesi sumur masih terbatas untuk perforasi dan komplesi tubing yang sederhana, dimana untuk komplesi yang rumit seperti dual completion atau ESP completion, CT masih belum dapat digunakan secara optimal.
Untuk perforasi sumur, CT dapat digunakan untuk menggantikan wireline atau tubing, terutama untuk sumur-sumur deviasi tinggi atau sumur horizontal. Coiled Tubing Throught-Tubing Type atau Coiled Tubing Conveyed Perforation dapat digunakan. TCP ini dapat digunakan untuk melubangi melalui casing produksi, tubing maupun liner. Peralatan penembakan dipasang pada CT, diaktifkan menggunakan tenaga elektr-ik melalui wireline atau hidrolik. Umumnya dipakai nitrogen untuk menggantikan fluida komplesi, dengan maksud penembakan pada kondisi underbalance agar runtuhan hasil perforasi dapat dibersihkan dengan sendirinya oleh fluida formasi. Untuk sumur horiril, umumnya densitas perforasi 8 - 12 SPF dan mekanisme penembakan dengan mengutamakan Shapper Actualed Firing Equipment atau dapat juga dengan mekanisme hidrolik (BAKER)
Penggunaan CT untuk tubing completion, saat ini telah dikembangkan tiga teknik penyelesaian sumur, masing-masing adalah Velocity String Completion, Externally Upset Completion, dan Spoolable Non Upset Completion. Prinsip dasar teknik komplesi velocity string adalah memasukkan pipa dengan diameter lebih kecil ke dalam pipa komplesi yang sudah ada, yang diharapkan mampu untuk mempercepat aliran fluida dari sumur ke permukaan. Velocity string completion dapat diterapkan pada sumur-sumur yang mengalami penurunan produksi karena penurunan tekanan formasi, sumur ber-GOR tinggi, atau sumur-sumur gas dengan tingkat produksi minimal dan tekanan alir bawah permukaan masih mampu menanggulangi kehilangan tekanan di tubing. Yang harus diperhatikan adalah bahwa tekanan alir bawah permukaan harus melebihi atau lebih besar dari friction loss fluida produksi di tubing, tekanan hidrostatik dan semua tekanan permukaan.
Externally Upset Completion merupakan metode penyelesaian sumur dengan penggabungan CT dengan peralatan-peralatan komplesi yang biasa digunakan pada penyelesaian konvensional seperti gas lift mandrell, sub surface safety valve, SSD, dan lainnya. CT hanya digunakan untuk menggantikan keberadaan tubing produksi. Komplesi ini dapat dilakukan pada sumur-sumur baru yang diproduksikan maupun operasi kerja ulang.
Spoolable Non Upset Completion adalah penyelesaian sumur dengan CT yang telah didesain bersama dengan alat-alat komplesi yang akan dipasang. Alat-alat komplesi dipasang sekaligus pada CT di pabrik dengan cara pengelasan, kemudian digulung dengan CT reel. CT reel dan peralatan CT lainnya kemudian dimobilisasikan ke lokasi sumur dan siap untuk dipasang. Metode penyelesaian ini menawarkan banyak keuntungan waktu dan biaya, serta operasi pemasangan yang mudah.

2.2. Penerapan CT Pada Operasi Kerja Ulang
Pekerjaan-pekerjaan kerja ulang yang dapat dilakukan dengan CT yang akan dibahas disini meliputi pekerjaan fill removal matrik stimulation squeeze cementing, logging, dan operasi fishing. Kenyataannya masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan workover yang dapat dilakukan dengan CT, secara skematik dapat dilihat pada lampiran.

a. Operasi Fill Removal
Operasi fill removal merupakan operasi pemindahan atau pengangkatan material fill yang berupa pasir maupun padatan-padatan lain ke permukaan. CT digunakan untuk peralatan sirkulasi fluida pembersih dengan keunggulan tanpa adanya sambungan, disamping dapat ditambahkannya drill motor dan bit untuk pengendapan material fill yang kompak. Material fill ini perlu diketahui karakteristiknya, seperti ukuran dan densitas, kelarutan maupun compressive strength-nya, selain itu juga tempat pengendapan material tersebut. Untuk selanjutnya ditentukan fluida pembersih yang akan digunakan pendesainan operasi. Fluida yang digunakan dapat berupa air, biopolymer, nitrogen kering, atau mist.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pendesainan operasi fill removal meliputi profil sumur dan komplesi, parameter reservoir, produksi dan peralatannya serta karakteristik dari material fill itu sendiri. Untuk sumur horisontal, material fill cenderung terendapkan pada bagian bawah lubang dan di bagian buildup, sehingga diperlukan penanganan yang baik terhadap fluida pembersih tertentu, yang berhubungan dengan potensial kerusakan formasi. Keberhasilan operasi ditentukan berdasar kemampuan fluida pembawa/pembersih mengangkat material fill ke permukaan tanpa menimbulkan terjadinya problem kerusakan pada formasi maupun tempat-tempat lain.

b. Operasi Matrix Stimulation
Merupakan suatu operasi injeksi asam atau fluida treatment lain ke dalam formasi produktif untuk memperbaiki permeabilitas alami formasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai pertimbangan dalam matrix stimulation dengan CT adalah identifikasi kerusakan, komposisi dan sumber dari kerusakan, sistem komplesi, parameter reservoir dan pertimbangan peralatan serta fluida treatment.
Pemilihan fluida treatment yang sesuai ditentukan dengan jenis kerusakan, lokasi dan kemungkinan-kemungkinan adanya substrate lain seperti karat, scale dan lainnya. Pertimbangan yang diperlukan berupa karakteristik kerusakan, reaksi fluida treatment dengan formasi dan pencegahan karat terhadap peralatan maupun personel. Volume treatment umumnya ditentukan berdasar pengalaman di lapangan.
Keberhasilan pekerjaan treatment ini bergantung pada keseragaman distribusi fluida treatment yang masuk ke dalam interval produksi. Fluida treatment cenderung masuk ke daerah yang permeabilitasnya tinggi atau kerusakannya sedikit daripada daerah berpermeabilitas rendah. Dengan pengaliran aliran fluida melalui pemompaan yang kontinyu dan menggerak-gerakkan CT dan nozzle akan memungkinkan fluida treatment juga masuk ke daerah yang permeabilitasnya rendah, sehingga keefektifan treatment tercapai.
c. Operasi Logging
Logging dengan CT dapat dilakukan dengan aman, cepat dan target bisa tercapai. Kecepatan penurunan dapat melebihi 100 fpm pada sumur-sumur vertikal maupun horizontal. Adanya kabel wireline dalam CT dapat digunakan sebagai alat bantu dan kontrol di permukaan, dan sebagai penanggulangan terhadap tekanan dipakai sistem Conductor Deployment.
Penggunaan CT untuk logging dapat dilakukan pada sumur-sumur open hole maupun cased hole, dapat juga ditambah dengan peralatan perforasi. Dewasa ini juga dikembangkan peralatan logging yang digunakan kontinyu selama operasi pemboran, atau lebih dikenal dengan Logging While Drilling (LWD), dengan penggunaan CT pada operasi pemborannya.

d. Operasi Pemancingan
Pemakaian CT untuk operasi fishing (pemancingan) disarankan untuk mendesain dan memilih konfigurasi peralatan yang cermat agar operasinya dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan meliputi biaya versus kemungkinan keberhasilan, kondisi sumur, panjang lubricator dan penarikan fishnya. Penarikan fish oleh CT harus memperhatikan tensile strength CT, kedalaman, deviasi sumur dan beban fish itu sendiri. Peralatan bawah permukaan yang digunakan dapat berupa overshot dan spears, hydraulic jar, knuckle joint atau dapat menggunakan fishing motor untuk memutar overshot.

Rabu, 18 April 2012

The Untouchable Love

Sudah lebih dari sebulan ga posting di blog, dipusingkan dengan hiruk pikuk urusan ibu kota, moving ke perusahaan baru, harus hand over ke pengganti di perusahaan lama, adaptasi, dan tentunya menyelesaikan masalah hati (yang ini gak penting)

Kopi terakhir hari ini di kantor sangat manis, sungguh nikmat perpaduan antara kopi dan krim nya, namun sayang masih tersisa rasa asam di setiap tegukan terakhirnya, seperti senyumnya yang sedikit musam di sore itu di kota yang tidak terlalu asing di hati. akhir akhir ini senja memang menjadi sahabat senggangku, ditemani secangkir kopi yang bisa secara instan dibuat dari mesin yang berdiri kokoh di suatu ruangan persegi 2x2 yang disebut pantry.

Itulah kehidupanku akhir akhir ini, terus terang agak sedikit berubah, yang awalanya "hanya" mengurus simulasi reservoir, akhirnya sekarang mengurusi semuanya, semua yang berhubungan di reservoir dan produksi, yang lebih ekstremnya, sekarang bertanggung jawab atas lapangan gas, sesuatu dari sekian banyak hal yang sy hindari semasa kuliah di Jogja.

Hehehe..
sudah berkali kali saya kemakan omongan, itulah yang namanya qada dan qadar, sesuatu yang pernah saya tulis di blog ini juga, ketika kita berencana banyak hal, menolak banyak hal, akhirnya Tuhan berkehendak lain.

Ada cerita menarik ketika kemarin tanggal 5 April terpaksa harus pulang karena bapak sakit, saat itu semuanya serba mendadak, dan terpaksa harus naik travel karena tidak dapat tiket untuk balik ke solo dari Jakarta. Saat ini teknologi sudah maju, tiket bisa dibeli H-90, akan tetapi hal tersebut menurut pribadi saya bukannya malah membuat semua terlihat mudah, akan tetapi membaut semuanya terlihat "dibikin ribet" padahal simple. Malah terlalu banyak calo yang bermain di dalamnya.

Tapi itulah Indonesia, kalau gak gitu gak seru katanya. Hwehehehe..

Dan hari itulah saya ngrasain Indonesia yang sebenarnya, campur aduk, merasakan perjalanan Jakarta-Jogja yang harus ditempuh selama 22 jam karena macet dan tanah longsor di daerah bumiayu. Yang terpaksa harus muter jalan di daerah guci, tegal, dari sinilah saya juga bisa menikmati keindahan Indonesia, mungkin sebagian kecil dari keindahan yang Indonesia miliki, tapi semuanya terlihat begitu nyata, di depan mata, benar benar seperti suatu negeri diatas awan, ketika kita hidup di pemukian yang jauh dari kebisingan, dari hiruk pikuk klakson yang setiap sore menghantui telinga kita, dan tentunya kita bisa menyentuh awan, sungguh indahnya daerah itu.

Itulah pertama kali saya melewati perbukitan guci, tegal, lebih tepatnya di desa sipagog kalo tidak salah, menyeramkan memang, dengan mesin mobil L300, diisi 8 penumpang kami lewati jalan berbukit bukit, mungkin bisa dibilang, taruhan kami saat itu adalah nyawa.


Sampai akhirnya, sampe juga ke rumah, setelah 22 jam perjalanan.

Sesuatu yang gak akan saya lakukan untuk siapapun, kecuali orang tua saya.

Lelah? iya sangat lelah. Namun banyak hal yang bisa membuat saya lebih dewasa menyikapi semua hal ini.

Ketika dulu sewaktu saya masih sekolah, saya selalu berteriak teriak di depan bapak sama ibu, kalo saya ingin keliling dunia, ingin pergi dari rumah, dan merantau, tapi ketika kemarin posisi nya saya yang hanya tinggal di Jakarta, dan tiba tiba bapak sakit keras, saya yang harus pulang, tak tau harus naik apa untuk bisa mencapai Jogja atau solo saat itu juga. DI saat itu saya berfikir, betapa berartinya mereka, bapak ibu untuk saya, terlalu naif kalau saya hanya memikirkan perut saya sendiri untuk bisa berkeliling dunia menikmati hidup tanpa mereka yang selalu mendoakan saya di setiap malam.

Memang, hidup itu berputar, bapak ibu dulu lahir, menjadi anak dari kakek dan nenek, SD, SMP, SMA, kuliah, menikah, punya anak, membesarkan anak, anak sudah besar mereka ditinggalkan anak anaknya untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang pernah mereka lakukan dulu. Sebenarnya semua itu adalah suatu proses, dan itulah hidup.

Akhirnya tangisan ibu juga yang melepas saya untuk balik ke Jakarta, dan secara reflek saya juga menyadari, cepat atau lambat saya akan meninggalkan ibu atau sebaliknya, setidaknya ketika sekarang bapak dan ibu masih sehat, akan saya lakukan apapun untuk mereka, ketahuilah, tak ada yang bisa membalas semua yang sudah mereka berikan ke kita.

Setidaknya, melihat mereka bahagia adalah kebahagian dari seluruh dunia dan seisinya.

Sebelum saya bisa benar benar berkeliling dunia nantinya, semoga saya bisa mendapatkan dunia mereka berdua, hati yang bahagia dari mereka, bapak sama ibu :)