Iya aku masuk ke dalam team yang mewakili kampusku untuk bertanding di salah satu perlombaan cerdas cermat di kota Bandung.
Menarik untuk di bahas, sejatinya tak pernah aku sekalipun turun di perlombaan mewakili almamaterku sejak TK sampai SMA karena memang aku bukan kasta ber IQ tinggi di sekolahku.
Mentok mentok mewakili lomba pidato di TPA dan cerdas cermat keagaaman antar masjid di tingkat kelurahan, tentuny piagamnya tak bisa dipakai untuk mendaftar ke Harvard atau ke Monas University.
"San, nanti pokoknya nothing to lose ya disana, km emang paling muda, tp kami yakin kalo km bisa disana", timpal salah satu rekanku yang tahun lalu berhasil menyabet juara dua di Jakarta.
Tak main main kali ini, lomba nya di tingkat nasional dengan lawan dari Universitas Indonesia, ITB, Trisakti, Undip, UGM, dsb; universitas kami naik panggung karena memang kami berada dalam civitas ke energian Indonesia dewasa ini. Bisa dibilang alumni kami adalah poros dari pengembangan industri Migas nasional.
"Sampe mana ini bro?", tanyaku pada kawan sebelahku yang juga nampak lelah tengah malam itu.
Sudah satu jam bus kami tak bergerak di daerah cirebon, macet parah.
"Baru sampe sini aja udh apes, gimana disana nanti", denguhku yang memang menggambarkan kebosanan tingkat tinggi malam itu.
Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh 8-10 jam akhirnya bisa kami lalui selama 16 jam karena ada pengecoran di jalur utara sebelum cadas pangeran. Aroma kelelahan dan kepasrahan sudah menyelimuti rombongan kami yang saat itu berangkat ke Bandung. Bahasa jawanya mungkin kami kalah sebelum bertanding.
"Nama saya iksan, semester 3 di perminyakan", awalku mengenalkan diri di malam ramah tamah itu. Malam dimana pertama kalinya kulihat aura aura menyeramkan dari manusia manusia ber IQ jenius yang dikumpulkan dalam 1 aula, selain aku tentunya.
Sebenarnya pengalaman seperti ini bukan yang pertama bagiku, sejak jaman SMP dan SMA, banyak aku bertemu dengan monster monster yang bisa melahap berhalaman LKS atau soal latihan UN hanya dengan memejamkan mata. Dari pengalamanku selama 6 tahun belajar di candradimuka sekolah seperti itu, ada 2 tipe siswa yang bisa survive di sekolah favorit; pertama makhluk ber IQ tinggi, kedua makhluk yang bisa memanfaatkan manusia ber IQ tinggi. Dan aku ada di tipe kedua itu.
Perlombaan yang akan dilakukan malam besok adalah cerdas cermat dalam bidang energi, 1 team terdiri dari 3 orang, aku bersama 2 seniorku dalam satu team akan mencoba mengadu nasib, mengukur seberapa besar tingkat kecerdasan kami selama kuliah melawan manusia manusia ber IQ tinggi di tempat itu.
Aku punya penyakit yang cukup misterius, sebelum naik panggung entah mengapa lidahku bisa terasa kelu, leherku keram dan rasanya isi perutku akan keluar jika harus maju kedepan panggung. Tak ubahnya siang itu, siang sebelum perlombaan akan dimulai.
"Assalamulaikum san, gimana sudah di bandung ya? Sehat semuaa?", suara yang sangat familiar denganku muncul dari ponsel kecilku
"Waalaikumsalam ibuuu, sehaat ibuuu, ibuu gimana?", jawabku histeris menjawab telpon ibuku
Hari ini ibu dan bapak masih berada di mekah, hari ke sekian melaksanakan ibadah haji, menggenapkan rukun islam yang terakhir sehingga bisa menjadi insan yg mulia di sisiNya.
"Bu, doain ya abis ini iksan maju lomba, semoga beruntung", pintaku ke ibu dari jarak puluhan ribu kilometer terbentang
Secara magis tak terhindarkan, malam itu adalah malam yang tak akan pernah terlupakan olehku, lawanku dengan background alumni olimpiade sains di tingkat SMA dengan tangguhnya memimpin di rally final malam ini.
ITB dengan score 1000, Kampusku di peringkat 2 dengan score 500, dan Trisakti di peringkat 3 dengan score 100.
Babak penentuan pun dimulai, serupa dengan mode kuis siapa berani, kami diminta untuk mempertaruhkan poin kami demi pertanyaan terakhir yang akan diajukan.
Dengan penuh percaya dirinya ITB mempertaruhkan seluruh poin nya, Trisakti juga mempertaruhkan seluruh poin nya. Tak ayal kami juga tak tanggung tanggung mempertaruhkan seluruh poin kami.
Demi Tuhan yang menguasai alam semesta, malam itu rasi bintang lahirku terlihat jelas di Lembang, Rasi Bintang Taurus menuntunku dengan gempita.. kami memenangkan pertempuran malam itu, tak disangka jawaban kami yang tepat diantara kontestan yang lain...
Bukan karena kecerdasan kami kemenangan itu, karena Tuhan saat itu tersenyum bersama kami.. bersama rasi bintang taurus yang terlihat nyata di langit
Lembang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar