Tuhan itu Maha Perencana atas segala sesuatu di dunia ini, baik ataupun buruk, dan dia yang mengiyakan, menunda, atau menggantikan dengan yang lebih baik atas setiap doa doa yang kita panjatkan.
Gw pernah nge post tentang filosofi Hidup itu seperti layaknya kumpulan permen warna warni di dalam toples. Toples itu diibaratkan kehidupan kita, dan permen itu adalah mozaik di kehidupan kita. kadang berwarna cerah, dan kadang berwarna gelap, malah bakalan terlihat kurang menarik kalau sekiranya kehidupan kita hanya diisi permen satu warna doang. Gw juga pernah nge post tentang apa yang gw kerjain di kantor gw sekarang yang berkaitan dengan mimpi gw dulu buat jadi dokter. Dulu ketika gagal buat jadi dokter, gw nyoba ngehibur diri, kalo gw emang jadi dokter, bakal berapa banyak orang yang mati gara gara gw tanganin. Tapi sekarang setelah gw memutuskan keluar haluan, ke Jurusan Teknik Perminyakan, gw jadi reservoir engineer, ternyata ini maksudnya. Dengan job desk gw yang ngupayain biar sumur gas gw tetap produksi, tetep nyalurin gas buat gantiin solar sebagai bahan bakar PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), gw jadi ngerasa bagai punya tanggung jawab yang lebih dari sekedar dokter.
bayangkan, berapa luas area yang akan tercover setiap malam dengan cahaya di daerah kalimantan gara-gara gas yang produksi dari sumur gw. Berapa anak yang tetep belajar buat ngejar cita citanya gara gara listrik dari sumur gw. dan berapa orang yang hampir mati terselematkan di meja operasi karena listrik akhirnya tak padam di sana.
Itu pernah gw posting di blog, dan sekarang saya belum bisa memenuhi semua itu, kita yang berencana, kita yang berikhtiar, lagi lagi Tuhan yang menentukan semuanya, walau seyogyanya apa yang Tuhan tentukan itu adalah yang terbaik dari apa yang sewajarnya didapatkan setiap umat-umat-Nya.
2 hari yang lalu, atasan gw sempet ngasih wejangan, Hidup seyogyanya adalah pilihan, dan di setiap pilihan itu pasti ada konskuensinya, akankah kita akan beruntung? atau kita menjadi orang-orang yang kurang beruntung? Gw setuju dengan statement bos gw ini, tapi gw sendiri juga ga ngerti gimana gw kudu ngejawab dari apa yang beliau sampein. Di satu sisi, kita punya mimpi, karena mimpi itulah kita bisa lebih bertahan untuk Hidup. Orang-orang yang tak punya asa akan lebih cepat untuk mati karena dia tak ada motivasi lagi untuk apa dia hidup, tapi disisi lain setiap mimpi dan cita cita pasti ada konskuensinya, yang pasti juga cukup menakutkan. Menjadi pihak yang kurang beruntung adalah konskuensi yang harus dibayarkan, tapi lantas kita haruskah takut untuk menjadi pihak yang kurang beruntung itu? Hidup itu hanya sekali di dunia ini, fase manusia itu konstan dan tidak terbantahkan. Lahir-Balita-Playgroup-TK-SD-SMP-SMA-Kuliah-Kerja di A-Kerja di B-Menikah-Punya Anak-Anaknya Menikah-Punya cucu-Mati. Itulah fase hidup yang pasti akan kita lalui, dan waktu tidak akan bisa kembali kecuali kita punya mesin waktu untuk merubah semuanya.
Kita tidak bisa mengembalikan apa yang terjadi sedetik lalu, dan kita ga akan pernah tau apa yang akan terjadi sedetik kemudian
C'est La Vie, Thats life, Itulah hidup. Dan setiap siklus yang manusia alami dan hadapi itu, baik yang mempunyai mimpi atau sebaliknya, punya dua kesamaan, diawali dengan Lahir, dan diakhiri dengan mati.
So, what we are afraid for? kalau memang endingnya kita semua akan mati dan semuanya bakal terlihat sama di mata Tuhan kecuali derajat ketakwaannya?
gw bukan termasuk pribadi yang cukup taat dalam beribadah, tapi gw bakal terus jadi orang yang mempercayai akan adanya Tuhan, dan gw akan menjadi orang yang akan terus mengimani bahwa Tuhan ga akan pernah berdiam diri melihat Umat-Nya bermimpi dan gila gilaan berusaha mewujdukan mimpinya itu. Bahkan setidaknya bermimpi untuk bisa lebih bertahan hidup.
Sudah setahun gw di kantor ini dengan keluarga baru, suasana baru, dan pengalaman-pengalaman yang menakjubkan di dalamnya.
Jakarta, 27 Maret 2013 adalah hari terakhir gw masuk di kantor, gw memutuskan untuk hijrah ke tempat lain, dan gw pilih ambil resiko untuk tahu bakal menjadi pihak yang beruntung atau sebaliknya? Gw ga pernah bermimpi seperti ini, tapi Tuhan membukakan jalan untuk gw bisa bermimpi seperti ini, dan berjuang untuk mewujudkannya.
Terima kasih kepada semua pihak atas kesempatan yang diberikan selama ini untuk bergabung dalam keluarga besar ini.
It's feeling like the time's run out, But the hour glass, just flipped itself over again, The sun is slowly sinking down, But on the other side a new day awaits to begin.
If you dare to believe in life, You might realise that there's no time for talking or just wait around while the innocent die.
Terima kasih JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris