Rabu, 04 September 2013

The champion of this universe

This night i passed my dinner just to visit my blogsite and trying to write down something inside. Its already several months i have been staying in this island, far away from my families and mates to look for unseeing things which is called future.

I don't pretty much know how future is made by, i just tried to make everything look easier and worth to fight for. Many people think that i got all of this such of matters with a simple way, anyhow i never think that i already got all the things i want, i just got nothing et all.

Inget kalau dulu bokap mau berangkat haji, gw nangis kejer terus terang, bukan karena mau ditinggal pergi dan takut ga balik, tp terharu ngliat perjuangan bonyok yang bener bener mulai semua dari nol, sangat nol, dengan dana pas pasan, mutusin keluar dari perusahaan yang selama ini jadi tempat mencari nafkah, tapi akhirnya bisa menyempurnakan rukun islam yang kelima. Sungguh, itu yang touching abis.

2 minggu yang lalu kalo ga salah, dapet sms dari adik, kalo dia sudah lulus jadi sarjana, another achievement from my father so far. He already made 2 of his sons become a good man as well, walau masih menjadi sarjana, anggap saja itu sudah menjadi orang yang baik, walau asline dua duanya bejat hwehehehe

Kadang sedikit menyeramkan jika harus berupaya melampaui atau setidaknya menyamai apa yang sudah didapat bapak sampai sejauh ini, gw masih terlalu kecil dan ingusan untuk harus berupaya keras seperti beliau. Entah, tapi beliau tetaplah juara nomer 1 diseluruh galaksi.

Selamat bapak, sudah memerdekakan dua jagoannya. :) 


Minggu, 18 Agustus 2013

The Parjo's

Dia sosoknya besar, suaranya tegas, dan dy berbadan gempal, sebut saja dia pak parjo, wali kelasku di kelas 3 Sekolah Dasar. Perkenalan kami bisa dibilang tidak cukup baik, setiap waktu saya selalu dianggap biang keladi kerusuhan yang ada di kelas, dan sya akan menjadi orang pertama yang harus dicari bila ada kerusuhan di kelas.

Hampir 2/3 tahun saya terlambat di kelas 3 ini, sering menghabiskan waktu jam pertama dan kedua pelajaran di dalam kelas, atau bahkan di UKS. Beruntung kalo masih bisa masuk kelas harus rela dipermalukan didepan kelas dengan harus berdiri dan mengangkat satu kaki.

Saya tidak berfikir bahwa sistem pendidikan di sekolah ini salah, atau gurunya yang keterlaluan, tp memang saya yang keterlaluan. Sifat dominan saya sudah nampak sejak kelas 3 ini, tapi yaah, selalu tidak berhasil memenangkan keadaan. Ada anak guru, mukanya sengak, dan emang sedikit songong, yaudah saya ajak dia berantem, kami pukul pukulan sampe ada yang mimisan, sayangnya saya yang selalu menjadi pihak yang dipersalahkan entah karena saya sudah di cap nakal, ataupun dia adalah anak guru.

Jangan harap saya bisa tenang tiap masuk kelas, muka sengak wali kelas tiap ngliat saya selalu harus saya hadapi setiap pagi berangkat sekolah, mungkin itu yang membuat saya malas berangkat ke sekolah sehingga telat. Pernah suatu ketika kami sekelas mengerjakan LKS, temen sebelah saya mendapat nilai 10, dan kebetulan saya juga mendapat nilai 10, akhirnya hadiah yang saya dapatkan, semua anak boleh pulang sekolah kecuali saya, saya harus ngaku kalau saya nyontek temen sebelah saya. Entah mengapa anak seperti saya diperlakukan seperti ini.

Saya pun juga pernah mendapat perlakuan sedikit kurang mengenakkan untuk bocah berumur 9 tahun, ketika kami berbuat gaduh dikelas, saya mendapat hadiah yang cukup membuat akal saya berputar 10 kali untuk bisa mengatasi hal tersebut. saya di skors oleh guru tersebut. Bayangkan, saya seumur segitu, yang harusnya disayang dan diarahkan malah di skors.

Puncaknya, di akhir tahun, saya dibuang ke kelas B, ini yang saya kurang suka dari SD tempat saya belajar, kenapa musti ada kastanisasi pendidikan? Apa tujuannya biar yang pinter tambah pinter? dan yg bodoh semakin bodoh? Uniknya, saya masih 10 besar di kelas, tp karena saya diberi nilai "C" di kepribadian saya, akhirnya saya diungsikan ke kelas B.

Hari ini membuka halaman group SD saya, sedikit tercengang melihat salah satu wali kelas saya yg dulunya gagah, gempal, terkenal pemarah dan selalu menghakimi saya, sekarang (maaf) tinggal tulang, kurus kering, dan dikabarkan sakit.

Mungkin bisa dibilang masa kelas 3 SD inilah merupakan masa masa berat saya sebagai seorang anak kecil, dibilang menyakitkan? iya, menyakitkan.

Saya memang dulu terkenal cukup nakal dan berani dibanding teman teman sebaya, tapi terlalu kebablasan, hehehe

Itu tadi bagian sedih sedihnya, sebenarnya saya sedikit kecewa dengan semuanya, jauh berbeda dengan teman teman saya yang benar benar menjadi anak kesayangan walikelas maupun orang tuanya.

Jujur, saya tidak pernah melupakan sedikitpun dari apa yang pak parjo lakukan kepada saya ketika saya kelas 3 SD tersebut, masa itu adalah masa masa yang tak mungkin sebegitu mudahnya dilupakan oleh anak anak seumuran saya. Tapi apa yang beliau lakukan kepada saya, membuat saya tersadar kemudian, bahwa saya harus menjadi pribadi yang lebih baik, jauh lebih baik dari yang sebelumnya.

Lekas sembuh wali kelasku, in sya Allah saya berjanji akan jadi orang yang jauuh lebih bermanfaat dari apa yang dulu bapak pernah fikirkan sebelumnya. Terima kasih atas ilmu yang bapak berikan.


اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ اَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ فَأَنْتَ الشَّافيِ
لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً

ALLAHUMMA ROBBANNASI ADZHIBILBA' SA ISYFI ANTASYSYAFI LA SYIFAUKA SYIFA' AN LA YUGHODIRU SAQOMA
"Ya Allah, Tuhan manusia, lenyapkanlah segala penyakit, sembuhkanlah, Engkau Tuhan yang menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakitpun


Sabtu, 20 Juli 2013

Semper Fidelis

Tak terasa, sudah dua tahun lebih mengabdikan diri kepada Negara dalam wujud yang berbeda, menjadi pembeda karena kami terlahir sebagai orang orang yang luar bisa berbeda, merelakan masa muda jauh dari kerabat, orang tua, sahabat, bahkan kami bisa dibilang sebatang kara.

4 tahun kami belajar tentang bagaimana bumi ini bisa berkotempelasi maksimal untuk menghasilkan minyak bumi yang bisa bermanfaat bagi umat manusia, dan kami mengais untuk hal itu, sekali lagi kami melakukan itu untuk bangsa dan negara, naifnya tak ada yang menganggap kami melakukan ini untuk mereka, seolah we are working like a shit and acknowledge as betrayer, padahal tanpa kami tak tau lagi bagaimana ayah dan ibu kami berangkat mendidik calon calon penerus bangsa di sekolah menggunakan kendaraan mereka.

Lahir bukan dari keluarga yang kuat adat dan istiadatnya untuk merantau atau bahkan membangun negara, saya meyakinkan ibu untuk melepas anak pertamanya untuk jauh dari keluarganya, lebih dari 1000 kilometer jauhnya, butuh menyeberangi selat sunda bahkan laut jawa untuk saling berbalas peluk dan salam.

Saya berangkat bukan hanya untuk sekedar mencari rupiah, tapi juga demi bangsa dan negara, terlalu munafik memang, tapi butuh kekuatan lebih untuk meyakinkan diri bisa menjejakkan kaki di tanah yang asing untuk yang pertama kalinya. Kemampuan untuk bisa lebih beradaptasi menjadi alasan utama seorang seperti saya bisa bertahan untuk hidup. Mungkin kali ini Charles Darwin benar, bukan tentang teorinya bahwa manusia adalah berasal dari monyet, tapi hanya yang bertahanlah dia yang akan selamat dari seleksi alam. Bertahan untuk hidup, bertahan untuk membuat bangsa besar ini terus bernafas.

24 tahun sudah usiaku sekarang, bukan waktu yang singkat untuk merubah diri menjadi seorang pria dewasa, atau mungkin saya belum dewasa seperti adanya. Sejak kecil tak pernah menjadi kumpulan orang orang terbaik di sekolahnya, bahkan di SD pernah terbuang di kelas yang lebih dianggap kurang baik dari yang lain. Bukan anggota anggota OSIS atau MPK yang selalu menyuarakan pendapatnya atau sekedar eksis di depan adek kelas, saya bukan anggota BEM yang ikut ke jalan dengan dalih memperjuangkan kebutuhan masyarakat, bahkan saya bukan orang yang baik bagi diri saya sendiri.

Mimpi, usaha yang gigih, dan tidak pernah melepas Allah SWT adalah alasan saya untuk bisa terus survive dan hidup di lingkungan yang cukup menyeramkan ini. Ketika saya dan sahabat sahabat saya harus menghabiskan bulan ramadhan kami jauh dari kolak buatan ibu atau bahkan sekedar teh manis hangat yang disiapkan ayah untuk mengembalikan stamina kami. Ketika kami harus terus terjaga setiap malam kalau kalau sumur yang kami bor sedang bruntung bertemu shallow gas, dan nyawa taruhan kami. Karena itulah kami memilih untuk hidup seperti ini, bukan hanya karena uang atau apapun.

Ketika kita menyadari bahwa produksi minyak dalam negeri sudah semakin menurun akan tetapi kebutuhan akan BBM semakin terus bertambah, apa kami tidak semakin gila? Bayangkan perbandingan produksi 820rb Barel Oil per Day produksi dengan 1.4jt Barel Oil per Day konsumsi? Apa kita tak pernah menyangka kami hampir tak tau lagi harus mengais apa untuk bisa terus hidup?

Sekedar celoteh menyambut hari ke 12 bulan Ramadhan 1434 H, Indonesia akan menjadi negara besar ketika setiap elemen masyarakat secara bersinergi ikut bersama membangun bangsa, bukan saling menghakimi saudaranya. Walau saya bukan bagian manusia manusia cerdas atau bahkan populer di SD, SMP, atau SMA tempat saya belajar, saya memilih untuk akan terus berjuang membangun bangsa, dengan cara saya.

Mengutip semangat US Marines, Semper Fidelis, aku akan terus setia kepada Bangsa dan Negara ini, Indonesia.

Duri, Riau, Indonesia
Muhammad Afif Ikhsani
Petroleum Engineer

Sabtu, 13 Juli 2013

The Olympus

Dear Zaenal,

Apakabar kamu disana? Masih sesemangat dulu ga? Atau kamu jadi pendiam disana karena kesepian ga ada kami? Akh, tentunya kamu pasti pandai mengusir sepi. hehehe

Sudah tepat seminggu kamu meninggalkan kami di dunia ini, meninggalkan aku, ayah ibumu, adek adekmu, sahabatmu, bahkan mimpimu kau tinggalkan disini tanpa tau siapa pemiliknya selanjutnya. Aku masih tak percaya bahwa aku tak akan lagi liat senyum gembiramu, yang tiba tiba ga jelas tereak tereak disamping telinga kami yang sibuk melakukan history matching di simulasi reservoir yang kita kerjakan. Ga ada lagi kamu yang tiba-tiba nyamperin buat ngajak ngerokok, atau melepas penat. Semuanya terasa sungguh cepat memang, ga ada lagi yang bisa menahan atau bahkan menghentikan barang sedetik saja apa yang disebut ajal. Belum lama kita kenal memang, tapi aku percaya kau sekuat kehebohanmu setiap datang ke kantor di grant setiap pagi.

Sudah lama aku ga nulis, aku bingung mau nulis apa buat gambarin orang kayak kamu nal. Aku ya masih kayak gini, bekerja seperti biasanya, sudah di Duri ngejar Heavy Oil, Rudi di Pertamina, dia jadi ngurus PMT Rantau, dia semua yang pegang EOR nya, si Uwes masih bantuin Pak Dedi, dy tambah jago mainin simulasinya, kabarnya mau sekolah S2 di Petronas, taun depan nikah. Dan kamu? Mendahului kami.

Ga tau apa aku kudu kesel atau bagaimana menyikapi kepergianmu yang begitu cepat. Taun ini aku sengaja tak ucapkan ulang taun ke kamu, karena aku mikir lebih baik taun depan saja pas kamu sembuh kita makan makan bareng, berempat kayak dulu lagi buat rayain ulang tahunmu, tapi Tuhan berkata lain. Tak lagi kita bertemu nal, esok atau seterusnya.

Aku mengutuk diriku sendiri, kenapa tak ada disaat terakhirmu, kenapa saat operasi tak bisa membantumu apa apa, kenapa aku tak ada disaat kamu butuh sedikit senyuman dan sekedar ucapan ulang tahun? Ga tau, mungkin aku bukan sahabat yang baik buat dirimu.



Masih ingat terakhir kita ketemu nal? Kau masih juga bisa senyum dan nongkrong depan Harapan kita buat jemput aku yang mau jenguk kamu, pake celana pendekmu, dengan senyum khasmu, dan kita ketemu.

Entah kenapa aku yakin kamu memang kuat, memang hebat, dan luar biasa. Kau meninggal tidak sia sia kawan, semangatmu tidak akan pernah pudar sedikitpun, semua cerita cerita yang kau buat, apapun itu membuat kami mengerti untuk apa kami hidup, pengabdian.

Kau telah kembali ke tempat para dewa, Olympus.


Semoga kau tenang disana,
Zaenal Fanani
1989-2013

Senin, 08 April 2013

Mengikuti Semesta

Udah beranjak maghrib, malam ini adalah pengumuman dari SPMB 2007. Dengan pilihan pertama adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan pilihan kedua Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Jember. Entah setan apa yang merasuki pikiran pemuda 18 tahun itu sehingga membuat pilihan 1 dan 2 nya diisi fakultas kedokteran semua tanpa menilik kemampuan yang dia miliki.

Seolah bakal terjun ke jurang tanpa tali, bakda ashar aku memutuskan untuk mencari tau hasil dari apa yang sudah kuperjuangkan itu, menang atau kalah? saat itulah pertama kalinya aku merasakaan makna sebenar benarnya kecewa, dari layar 14 inchi monitor warnet tempat kumencari tau terpampang jelas tulisan yang bermakna bahwa aku gagal di ujian SPMB tersebut, semua serasa gelap dan tak ada apapun yang terlihat, pengen nangis tapi aku ga bisa apa apa, tak ada yang bisa ditangisi, toh kalaupun aku menangis hasil SPMB itu tidak akan berubah. Kecuali akan berubah, aku rela menangis sejadi jadinya bahkan jika memang harus bergulung gulung di depan semua orang di warnet tersebut. Ini adalah kisah nyata, sangat nyata lebih dari 6 taun yang lalu benar benar terjadi dalam diri saya.

Iya, sudah lebih dari 6 tahun lalu, dan akhirnya semuanya berubah ketika semesta memaksaku untuk tetap berkuliah dan banting setir 180 derajat ke jurusan teknik, ke teknik perminyakan. Saya pribadi belum pernah sedikit pun terlintas di benak pikiran saya kalau saya akan masuk ke jurusan teknik, mimpi saya saat itu hanya untuk berkuliah di kesehatan. Lagi lagi saya tak mengerti setan apa yang berhasil mempengaruhi setiap relung dan inchi darah ku yang membuatku mantap berkuliah disana.

Tidak mudah memang, tanpa adanya satu keluarga ataupun koneksi di duniaku yang baru ini, aku berkelana sendiri menentang nasib dan berprinsip untuk merubah apa yang kedua orang tuaku tanamkan kepadaku. Aku terlalu gila memang dalam bermimpi, tapi semuanya beralasan, bukan hanya karena satu dua hal aku menjadi seberani itu dalam bermimpi. Alasan kegagalanku menjadi dokter juga merupakan faktor utama aku menjadi pemimpi ulung, mencoba menentang hierarki orang tua yang memintaku bisa masuk ke perguruan tinggi kedinasan yang bisa meringankan beban mereka dalam membiayai kuliah dan bisa mengamankan masa tua kami dibiayai negara. Entah apakah itu suatu kebanggaan untuk mereka atau tidak, namun itu tamparan berarti untukku, 18 tahun kedua orangtuaku membiayaiku dengan tanpa menjadi seorang pegawai negeri sipil, bekerja lebih dari yang lain demi mengentaskan nasib kedua anak laki lakinya, apakah aku salah untuk berjalan seperti mereka? melebihi mereka? itulah alasan terkuatku mantap di perminyakan dan menolak untuk masuk ke perguruan tinggi kedinasan.

waktu seyogyanya tak pernah berhenti berputar, akan selalu berputar dan akan selalu terlihat semakin cepat. Tanpa sadar tahun ini aku akan berusia 24 tahun dan akan terus menghadapi dunia ini sendiri. Setidaknya aku sudah menginjakkan kakiku lebih jauh dari kedua orang tuaku, tanah jawa, tanah sulawesi, tanah papua, dan besok adalah tanah sumatera.

Time flies and thats life, hari ini adalah hari terakhir aku di kota kelahiranku, akan menuju ke dunia baru di pulau seberang, meninggalkan keluarga besar di solo dan mencari sanak saudara baru sama seperti apa yang imam syafi'i sampaikan:

“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negeri mu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa. Anak panah jika tak tinggalkan busur tak akan kena sasaran… (Imam Syafi’i)“

Semua sudah digariskan, kalau kau bertanya padakau kawan apa aku pernah memimpikannya? Dengan tegas aku akan mengatakan tidak.
Tapi setelah semua terjadi padaku, dengan berani aku akan mengatakan bahwa aku akan terus bermimpi, berusaha dan berdoa untuk terus hidup dengan apa yang saya punya, mengikuti semesta.

If it bounds to happen, its going to happen. If it isnt we just have to follow the rythm of universe.

Kamis, 04 April 2013

Moi et Dream

A time goes by, I have been 23 years old now, heading through my 24th in the middle of year.

Gw gak pernah sedikitpun bermimpi bisa berdiri sejauh ini, bahkan sejak orang tua gw melahirkan gw, ga ada seorang pun yang pernah memikirkan apa yang bakal terjadi di kehidupan anak pertamanya itu.

Life is just like a kind of stage that are awarded to us to presence our act as ourselves, here we choosed which way that we are going to take and seeing what will happen with the choice that we have been choosed. Although everything has written in God's Hand, we still need to prove and trying to change any condition that would be happened on us.



23 tahun sudah semua itu terjadi, Allah berkali kali menunjukkan hal hal yang misterius sekaligus fantastis buat gw sekeluarga. Entah memang seperti itu yang tertulis di Lauhul Mahfudz, atau memang karena kami (gw sekeluarga) memaksakan diri untuk keluar dari keadaan yang membuat kami melawan apa yang dirasa dimau-Nya.

Dan sering kali, kita terjebak atas mimpi tak tersadar dari apa yang kita ga pernah harapkan. Orang dulu sering bilang, hati hati kalau ngomong, malaikat ada di sekeliling kita dan siap mengamini setiap permintaan kita, sadar ataupun tidak.

Dan entah, semesta berkonspirasi secara menakjubkan mengiyakan setiap partikel suara yang keluar dari mulut mulut busuk setiap umat-Nya yang mungkin hanya berniatan untuk bercanda. Tapi lagi lagi, itulah salah satu tanda-tanda kebesaran-Nya.
Gw bukan orang yang percaya akan adanya "kebetulan", tapi gw percaya dan yakin akan kekuatan "mimpi, harapan, dan cita-cita". Menerobos boundary batas dari zona nyaman dan mencoba mencari tantangan demi keyakinan akan perubahan nasib, membawa gw dan akhirnya orang orang disekitar gw untuk menjadi seorang pribadi yang tertantang dalam menyikapi hidup. Sekali lagi, itu hanya karena alam semesta yang memaksa kami untuk menjadi seorang pribadi yang lebih berani.

Malam ini blm bisa tertidur, masih terlelap dengan beberapa album kenangan di kota kelahiran gw, solo.
Gw masih blm keliatan idiotnya

Sudah mulai keliatan sintingnya

SANGAT SINTING

Mulai belajar waras


Kalo dilihat lihat, mungkin bener kata orang kalo gw itu bandel dari dulunya, a full risk taker, tapi kadang ga ngliat dan ga peduli sama apa yang bakal terjadi kedepannya. Itu segi kelemahan gw, tapi gw yakin pasti ada alasan di setiap langkah yang gw pilih, meski itu konskuensinya bakal terlihat sedikit memuakkan awalnya. Liat aja ketika nyokap mau foto sama dosbingnya, gw nekat foto dibawah dibelakang mereka -___-
Benar benar idiot.

Gw dulu pernah juga ngludahin kepala sekolah nyokap gw, gw ga tau itu salah karena gw masih bocah, gw cuma ngrasa itu challengeful dan keren, gw kena imbasnya dihabisin nyokap -____-


Back to topic, gw sebenere kadang ga ngerti dengan kekuatan omongan yang merupakan sugesti dari apa yang kita pikirkan.

Ingin bukti? saya dan kedua kawan saya dibawah ini sudah membuktikannya -_-"

Tidak banyak yang tau, tapi kami pernah berucap beberapa hal yang bodoh, dan akhirnya benar benar terjadi. Saya akhirnya ke Sumatera, si cewek ke Balikpapan, dan satu makhluk lainnya mengikuti ke Balikpapan.
Entah malaikat mana yang mengamini kami, tapi itulah bukti bahwa Bumi ini tidak tuli mendengarkan setiap celotehan umat-Nya, busuk atau tidak.

Tuhan Maha Berkehendak, dia berkehendak mengubah hal tak bermakna, kelak menjadi sesuatu yang lebih bermakna, entah bermakna untuk siapa dan untuk apa? Biarkan waktu yang akan menjawabnya. Me and my dream.

Kamis, 28 Maret 2013

If You Dare to Believe?!

Masih segar dalam ingatanku, satu setengah tahun lalu, tepat sebelum sidang terakhir sarjana demi dua huruf yang akan selalu melekat di belakang namaku. Dosen geologi datang menghampiri saya dan menyampaikan bahwa ada sebuah perusahaan yang membutuhkan Petroleum Engineer dan Geologist. Aku diminta untuk mengirimkan resume data diri pribadiku. Semesta pun akhirnya berkonspirasi sedemikan rupa sehingga aku secara resmi mengabdikan diri di lingkungan keluarga baru ini.

Tuhan itu Maha Perencana atas segala sesuatu di dunia ini, baik ataupun buruk, dan dia yang mengiyakan, menunda, atau menggantikan dengan yang lebih baik atas setiap doa doa yang kita panjatkan.

Gw pernah nge post tentang filosofi Hidup itu seperti layaknya kumpulan permen warna warni di dalam toples. Toples itu diibaratkan kehidupan kita, dan permen itu adalah mozaik di kehidupan kita. kadang berwarna cerah, dan kadang berwarna gelap, malah bakalan terlihat kurang menarik kalau sekiranya kehidupan kita hanya diisi permen satu warna doang. Gw juga pernah nge post tentang apa yang gw kerjain di kantor gw sekarang yang berkaitan dengan mimpi gw dulu buat jadi dokter. Dulu ketika gagal buat jadi dokter, gw nyoba ngehibur diri, kalo gw emang jadi dokter, bakal berapa banyak orang yang mati gara gara gw tanganin. Tapi sekarang setelah gw memutuskan keluar haluan, ke Jurusan Teknik Perminyakan, gw jadi reservoir engineer, ternyata ini maksudnya. Dengan job desk gw yang ngupayain biar sumur gas gw tetap produksi, tetep nyalurin gas buat gantiin solar sebagai bahan bakar PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), gw jadi ngerasa bagai punya tanggung jawab yang lebih dari sekedar dokter.

bayangkan, berapa luas area yang akan tercover setiap malam dengan cahaya di daerah kalimantan gara-gara gas yang produksi dari sumur gw. Berapa anak yang tetep belajar buat ngejar cita citanya gara gara listrik dari sumur gw. dan berapa orang yang hampir mati terselematkan di meja operasi karena listrik akhirnya tak padam di sana.

Itu pernah gw posting di blog, dan sekarang saya belum bisa memenuhi semua itu, kita yang berencana, kita yang berikhtiar, lagi lagi Tuhan yang menentukan semuanya, walau seyogyanya apa yang Tuhan tentukan itu adalah yang terbaik dari apa yang sewajarnya didapatkan setiap umat-umat-Nya.

2 hari yang lalu, atasan gw sempet ngasih wejangan, Hidup seyogyanya adalah pilihan, dan di setiap pilihan itu pasti ada konskuensinya, akankah kita akan beruntung? atau kita menjadi orang-orang yang kurang beruntung? Gw setuju dengan statement bos gw ini, tapi gw sendiri juga ga ngerti gimana gw kudu ngejawab dari apa yang beliau sampein. Di satu sisi, kita punya mimpi, karena mimpi itulah kita bisa lebih bertahan untuk Hidup. Orang-orang yang tak punya asa akan lebih cepat untuk mati karena dia tak ada motivasi lagi untuk apa dia hidup, tapi disisi lain setiap mimpi dan cita cita pasti ada konskuensinya, yang pasti juga cukup menakutkan. Menjadi pihak yang kurang beruntung adalah konskuensi yang harus dibayarkan, tapi lantas kita haruskah takut untuk menjadi pihak yang kurang beruntung itu? Hidup itu hanya sekali di dunia ini, fase manusia itu konstan dan tidak terbantahkan. Lahir-Balita-Playgroup-TK-SD-SMP-SMA-Kuliah-Kerja di A-Kerja di B-Menikah-Punya Anak-Anaknya Menikah-Punya cucu-Mati. Itulah fase hidup yang pasti akan kita lalui, dan waktu tidak akan bisa kembali kecuali kita punya mesin waktu untuk merubah semuanya.

Kita tidak bisa mengembalikan apa yang terjadi sedetik lalu, dan kita ga akan pernah tau apa yang akan terjadi sedetik kemudian

C'est La Vie, Thats life, Itulah hidup. Dan setiap siklus yang manusia alami dan hadapi itu, baik yang mempunyai mimpi atau sebaliknya, punya dua kesamaan, diawali dengan Lahir, dan diakhiri dengan mati.

So, what we are afraid for? kalau memang endingnya kita semua akan mati dan semuanya bakal terlihat sama di mata Tuhan kecuali derajat ketakwaannya?

gw bukan termasuk pribadi yang cukup taat dalam beribadah, tapi gw bakal terus jadi orang yang mempercayai akan adanya Tuhan, dan gw akan menjadi orang yang akan terus mengimani bahwa Tuhan ga akan pernah berdiam diri melihat Umat-Nya bermimpi dan gila gilaan berusaha mewujdukan mimpinya itu. Bahkan setidaknya bermimpi untuk bisa lebih bertahan hidup.

Sudah setahun gw di kantor ini dengan keluarga baru, suasana baru, dan pengalaman-pengalaman yang menakjubkan di dalamnya.

Jakarta, 27 Maret 2013 adalah hari terakhir gw masuk di kantor, gw memutuskan untuk hijrah ke tempat lain, dan gw pilih ambil resiko untuk tahu bakal menjadi pihak yang beruntung atau sebaliknya? Gw ga pernah bermimpi seperti ini, tapi Tuhan membukakan jalan untuk gw bisa bermimpi seperti ini, dan berjuang untuk mewujudkannya.

Terima kasih kepada semua pihak atas kesempatan yang diberikan selama ini untuk bergabung dalam keluarga besar ini.

It's feeling like the time's run out, But the hour glass, just flipped itself over again, The sun is slowly sinking down, But on the other side a new day awaits to begin.

If you dare to believe in life, You might realise that there's no time for talking or just wait around while the innocent die.

Terima kasih JOB Pertamina-Medco E&P Simenggaris

Selasa, 15 Januari 2013

Dan kami bernama TEATER KOSONG

Secara tidak sengaja gw nemu tulisan sejarah dari Teater Kosong SMA N 1 Solo, salah satu candradimuka gw ampe bisa kayak hari ini. Kebetulan tulisan ini dibuat setelah beliau, pak Pedhet Wijaya (founder Solo Radio) diperkenankan membuka pentas "Kerikilnya kerikil tajam" Teater Kosong di Taman Budaya Jawa Tengah (TBS) di Solo, dan kebetulan gw main disini :'D.. oke, langsung baca aja yaak...


*********************************************************************************

Setelah hampir 4 tahun saya di Solo kembali, kenangan 33 tahun lalu 'hidup' lagi. Gara2nya saya diundang bu Ewah (SMAN-1 Ska), pembimbing teater Kosong SMAN-1 Ska, di TeaterArena kawasan TamanBudayaSurakarta (JawaTengah), unt menyaksikan karya terakhir TeaterKosong, serta diminta unt menerangkan mengapa teater sekolah itu diberi nama 'TeaterKosong'. Surprise.....krn malam itu gedung penuh sesak oleh siswa dan keluarga siswa.

Ada 2 pilar kenangan saya terhadap SMA NEGERI 1 SURAKARTA ini, yang membuat saya 'terharu' saat hidup di Solo lagi (2003), yaitu PERTAMA : 'widya kelana'-kumpulan mahasiswa asal SMA-1 Ska di Bandung dulunya, yg saya dirikan bersama2 32 teman satu angkatan yg masuk ITB (1976), di jl BantengDalam Bdg. Organisasi ini didirikan agar kami bisa saling asah-asih-asuh dan untuk membantu 'adik2' SMAN-1 Ska, agar lebih nyaman hidup di Bandung (berKELANA) menuntut ilmu (WIDYA). Ternyata sampai sekarang (2007) WidyaKelana ini tetap 'eksis' dan berkembang sbg kumpulan mhs asal Solo dan sekitarnya yg menuntut ilmu di ITB dg misi sama dg pertama kali didirikan, bahkan berkembang tdk unt 'adik2' SMAN-1 saja, juga unt seluruh SMA di SoloRAYA. Bangga.....bangga...bangga......

Yg 'KEDUA' : TeaterKOSONG - SMA-1 Ska. Ini didirikan krn akan ada 'lomba' teater antar SMA dari Dinas P&K (?) wkt itu (1974), saat itu saya di klas II-IPA 3, dan saat itu SMA 1 blm punya ekstrakurikuler teater. Atas prakarsa guru2 bahasa dan seni-gambar (bu Atmirah) dibukalah ekstrakurikuler ini. Saya dan DedyIndraja, teman se-klas saya, bergabung dg teman2 seangkatan dan adik2 klas I. Tidak banyak, kurang dari 10 orang barangkali, ter'marginal'kan, kalah pamor dg 'ekstrakurikuler' band dan modelling. Tentu, wkt itu belum diberi nama kelompok ini, namanya masih 'ekstra kurikuler drama'.
Untuk menghadapi lomba itu guru-2, pembimbing kami, meminta unt kami buat naskah drama dg ketentuan sesuai dg tema lomba. Yg paling intens menyiapkan naskah itu adalah kawan saya DedyIndraja, yg selalu mendiskusikan dg saya soal konsep naskah dramanya...akhirnya naskah Dedy-lah yg terpilih, judulnya lupa, dan saya dipilih sbg sutradara, sedang Dedy sbg penata dan operator musik, maklum wkt itu kami masih 'sendiri' di SMAN-1, belum punya 'kawan' ekskul lain dlm berkarya....jadilah Dedi ini cari rekaman (kaset) musik klasik, memilih dri bagian musik itu unt ilustrasi musik antar adegan, dan wkt pentas dia bawa 'tape-player' dan memutar musik pilihannya pada saatnya 'ditengah' penonton (maklum tanpa bantuan soundsystem sih).......lomba kami ikuti, sampailah kami di tingkat provinsi di Magelang, kami juara 3. Prestasi ini membanggakan kami, ekskul baru, tp 'bawa' nama SMAN-1 di tingkat Provinsi, barulah 'kawan' ekskul lain 'memandang' kami. Selain itu kami jadi 'pe-de' unt lebih 'berteater' (saya pribadi berinisiatif menambah 'ilmu-seni peran' dg uang jajan saya, kepada pak Kastoyo Ramelan).
Ada pula dorongan unt perlu memberi nama kelompok teater ini. Lewat diskusi panjang antar anggota, jadilah TEATER KOSONG, kemudian kami laporkan kpd Pembimbing kalo ekskul ini bernama Teater Kosong.

Sejak saat itulah kami 'membangun merek' TEATER KOSONG dgn sebuah TRADISI : naskah dibuat oleh anggota, sutradara & stageCrew dari anggota, paling2 kalau terpaksa ambil naskah dari luar-hrs pemenang lomba penulisan naskah- itupun kami interpretasikan dg cara kami sendiri.
Contohnya, karya pentas terakhir saya semasa SMA (1975), Jaka Tarub karya Akhudiat, dipentaskan di pendopo Sasana Mulyo (sekarang dalemnya Gusti Dipo) kawasan kraton Surakarta, 'biang'nya Taman Budaya Jawa Tengah. Pada pentas ini saya sbg Sutradara sekaligus berperan sbg Jaka Tarub. Inspirasi penggarapan naskah ini adalah Fetival Teater Remaja Jakarta, yg sempet saya lihat waktu liburan di Jakarta.
(tepatnya : disempet2in sambil juga beli naskah pemenang lomba penulisan naskah drama di Dewan Kesenian Jakarta - pake dana sendiri lho bukan dari sekolah). Dalam pentas ini pula Teater Kosong melibatkan 'teman' ekskul lain di SMAN-1 Ska yg telah lebih dulu meng-'ikon', yaitu Band di bwh komando Koko, dan Modelling (peragawati) dibawah Indri Hapsari......
Hemm......pentas itu sendiri jadi polemik di media NASIONAL, harian Merdeka kalo ga salah.........
Wartawan2 yg berpolemik salah satunya FX Mulyadi, satunya lupa-lah.

Itulah, awal dan akhir saya di TEATER KOSONG SMAN-1 SURAKARTA........harapan saya adik2 yg masih bergiat disana, agar tetap serius berteater dan melakukan TRADISI TEATER KOSONG, karena 'kosong' itu ideal, kosong itu 'kesempurnaan', dan 'kosong' itu sangat dekat dengan TuhanYangMahaEsa, selain 'kosong' itu perlu di 'isi'

*********************************************************************************

Untuk Tuhan, Alam Semesta, dan Umat Manusia, selamat ulang Tahun Teater KOSONG SMA N 1 Surakarta.