Minggu, 13 November 2016

2006

mimpi itu masih sama, tak pernah berubah, walau sejak 10 tahun yang lalu...

Rabu, 09 November 2016

Our World, today...


This words are really showing our world, nowadays. A billionaire who's named Donald Trump won the America's election without any single political experience in his entire life.

Sadly when the author tried to compared this condition with our current global economic situation which need a strong qualification to brace the very first entry level job. I believe this is happening not only in America but also across this universe. 

People need money to survive. Trump is coming to the election like Bruce Wayne with his tons of dollars try to safe this world. But again, Trump is not a Batman. Batman spend his money to kick bad people's ass, trump neither. Even we still cannot imagine, how this world would be seen after this opportunist man become the first man in US, even in the world.

Trying to draw back with the current oil business, Trump seems give a new hope in increasing of oil price. Many speculation derived a new paradigm that this man will create a new era of oil industry, even with a full-blooded hand. 

Oilmen nowadays already have been suffering since the big jumping oil price from range USD $90/bbl to USD $ 40/bbl. It cuts almost 60% from the earning for every single oilmen in the world.


It was hard for the oilmen who has dismissed from his company, but it is not even better for the oilmen who is still working in his nature. We will see another drama for 4years ahead, is Trump will bring a good way of the oil price or vice versa.

So, brace yourself, better you tightened your seat belt to face another storm. Storm of Trump and Storm of oilprice.

Kamis, 20 Oktober 2016

Deepwater Horijon (not Mijon)

Ada yang udah nonton Deepwater Horizon? Pasti banyak yang udah nonton kan? Gue pernah ngepost tentang kasus ini berpuluh puluh taun lalu ketika jaman gue masih rajin nge blog (dibaca: ga ada kerjaan).

Kalau mau tau tentang tulisan gue dulu bisa dibuka di link ini Deepwater Horizon

Ini film baru yang mengisahkan cerita menyedihkan dibalik tragedi yang merengut 11 nyawa orang orang yang kerja di Rig. Dibintangi Mark Whalberg, nih pelem berhasil bikin gue jiper inget dulu gue sempet pernah koar koar buat pengen kerja di tempat ginian.

Yaah, namanya aja anak ingusan, kadang memang mimpinya ga tanggung tanggung dan bisa dibilang aneh aneh. Menjadi seorang yang bekerja di rig floor memang riskful. Gue males sebenere bahas ginian, ibarat gue sekarang lagi ngejilat ludah gue sendiri, tapi asli gue akuin ngeri kalo kerja di rig floor itu.

Let's say gue adalah sarjana (dan karena memang gue masih males buat ambil S2) yang diterima menjadi seorang drilling engineer dan atau ditunjuk menjadi seorang company man, lo bakal setidaknya memimpin 28 orang kerja di satu shift pekerjaan pemboran. Which means, semua nyawa mereka di tangan kotor lo (kalo lo blm cebok)


Kalau lo perhatikan lebih lanjut di pelem deepwater horijon, Si Kurt Russel itu bukan lead company man nya, doi itu sebatas leader di transocean yang memastikan kalo kapalnya ga lecet, yang namanya kumpeni man itu yang dari oil company nya. Kalo ndak salah si botak di nih pelem yang jadi kumpeni man nya. Maka dari itu dialah yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan US saat itu karena dianggap lalai dan mematikan 11 nyawa (walaupun akhirnya tuntutan itu dibatalkan akhirnya).

Nah ada point penting yang sedikit mau gue kulik disini, walau mungkin lo yang kuliah di Minyak udah ngarti masalah sebenere dari case di tuh kejadian.
Di tuh pelem di sebutin kalo salah satu serpis kumpeni yang nyemen well ga ngelakuin CBL (Cement Bond Log) untuk tau quality cement, dan itu yang nyebabin lubang bor nya ga stabil terus blow out.

Sebenere, apa itu fungsi semen pemboran? 
Fungsi utama semen tuh  buat nglekatin casing pada dinding lubang sumur, nglindungi casing dari masalah-masalah mekanis pas ngebor kayak shaking, nglindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi trs misahin zona yang satu terhadap zona lainnya dibelakang casing.

Semen pemboran itu bukan semen tiga roda, semen padang atau semen bangunan. API udah nglakuin pengklasifikasian semen kedalam beberapa kelas buat ngegampangin pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan. Pengklasifikasian ini didasarkan atas kondisi sumur dan sifat-sifat semen yang disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut. kondisisumur tersebut meliputi kedalaman sumur, temperatur, tekanan dan kandungan yang terdapat pada fluida formasi kayak sulfat dan sebagainya. Biasanya semen yang dipakai itu semen tipe G, Semen kelas G dipake buat kedalaman 0 sampai 8000 ft dan merupakan semen dasar. Kalo ditambahkan retarder nih semen bisa dipakai untuk sumur yang dalam dan range temperatur yang cukup besar. Semen ini tersedia dalam jenis moderate and high sulfat resistant. Nih kalo kalian mau liat kek mana caranya nyemen itu.



Nah, sekarang kalo ada yang nanya, udah bagus belum semennya? Ga ada yang bisa jawab kalo kita belum cek cuy.

Ada beberapa cara mudah buat ngecek semen yang lo masukin itu bagus atau jelek.
1. Lo bisa ngelakuin pressure test, jadi lo kasih pressure dari atas, kalo hold, you punya good semen
2. Swab dry, swab itu semacam lo unload pake liquid tapi niatin dry, jadi harapan nya emang kosong
3. Run CBL (Cement bod log) buat tau quality cement secara insitu (tapi yah pake duit lebih)

Once lo bisa mastiin sement lo bagus, lo bisa lanjutin ke tahap berikutnya, either mau diperfo atau go through next casing section.

Gue bingung ngejelasin gimana cara baca CBL, lo bisa baca langsung di link ini 
Tapi gampangnya liat mV nya, kalo doi flat ke kiri itu bagus, kalo ke kanan ada indikasi bad bonding.
Dari situ lo bisa simpulin kalo cement lo ancur atau masih bagus.

Mungkin itu memang yang menjadi akar persoalan kenapa nih well jadi masalah kayak gitu. Yang gue agak geli di nih pelem, kayake seru kalo Chief IT ngerti fungsi CBL dan bisa baca tuh log :))

Tapi okelah, movie is just a thing that we need to enjoy.

Itulah yang mungkin memang harus lo semua tanenim, do it safety or not et all. Kalo lo emang ngerasa apa yang mau lo lakuin itu ga aman, yaudah ga usah lo lakuin. Besok besok masih bisa, inget pacar pacar lo menanti di rumah.


Gue nulis kayak gini buat ngehormati kawan kawan gue yang memang benar benar menghabiskan waktunya berjauhan dari keluarganya dan rela mencari emas hitam ditengah hutan dan lautan luas.

Gue angkat topi buat kalian yang menaruhkan nyawa, ga kayak gue yang cuma bisa ngeforecast ga jaleh di depan komputer sama ngedit ngedit slide.

Re quote apa yang pernah gue tulis beberapa taun lalu:

Working in the oil industry:

1. We work in weird shifts ... Like prostitutes.

2. They pay you to make the client happy ... Like prostitutes.

3. The client pays a lot of money, but your employer keeps almost every penny ... Like prostitutes.

4. You are rewarded for fulfilling the client's dreams ... Like prostitutes.

5. Your friends fall apart and you end up hanging out with people in the same profession as you ... Like prostitutes.

6. When you have to meet the client you always have to be perfectly groomed ... Like prostitutes.

7. But when you go back home it seems like you are coming back from hell ... Like prostitutes.

8. The client always wants to pay less but expects incredible things from you ... Like prostitutes.

9. When people ask you about your job, you have difficulties to explain it ... Like prostitutes.

10. Everyday when you wake up, you say: I'M NOT GOING TO SPEND THE REST OF MY LIFE DOING THIS ****"..... Like prostitutes.


The only difference is the prostitutes can take Christmas and New Year's Eve off and they actually DO make a lot of Money!

But be strong my friend, God is always present even when we do not keenly feel His presence. He is available, and will never fail you. Trusting in God is faith practiced regardless of current circumstance bad or good. So keep do your best, let Him do the rest :)

Kamis, 11 Februari 2016

Hydraulic Fracturing 101

Pertama kali Hydraulic Fracturing dikembangkan untuk meningkatkan produksi minyak bumi adalah pada tahun 1920 an oleh R.F. Farris dari Stanolind oil and gas corp.
Akhirnya pada tahun 1947, Stanolind (sekarang Amoco Production Co) melakukan pekerjaan hydraulic fracturing pertama di Dunia, yakni sumur Klepper #01, gas well di Grant Country, Kansas, USA. Hasil Gas Deliverability dari well tsb sebenarnya tidak begitu menunjukkan hasil yang signifikan, namun teknis dari pekerjaan ini menunjukkan suatu hal yang sungguh menjanjikan.
Halliburton Oil Well Cementing Co. yang akhirnya mematenkan lisensinya untuk melakukan pekerjaan fracturing.

Setelah kesuksesan dua well yang sudah dilakukannya, rata2 3000 wells dikerjakan oleh perusahaan ini sejak tahun 1955. Dan terhitung sejak 1968, setengah juta job sudah dikerjakan.
Saat ini, fracturing dilakukan di 35-40% oil well di USA, dan sukses menaikkan produksi sumur di kisaran 25-30%.

Sasaran utama pekerjaan Hydraulic Fracturing adalah well well yang berproduksi dari low permeability reservoir hingga medium to high quality reservoir.
Biasanya pekerjaan ini diarahkan ke well yang memiliki indikasi hasil swab yang rendah, dan low rate.
Analisa permeability dari Pressure build up analysis juga bisa menjadi justifikasi untuk melakukan pekerjaan ini. Melihat permeability, Skin, dan reservoir property yang lain.

Hydraulic fracturing adalah salah satu pekerjaan well stimulasi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi sumur dengan mempompakan fluida pada rate dan pressure yang cukup sehingga bisa memecah batuan, idealnya fracture pada batuan ini akan berbentuk semacam wing yang sama besar di kedua sisi dari lubang bor.
Setelah pemompaan selesai ketika fracture sudah terbentuk, fluida akan gradually leak off menuju formasi. Tekanan di dalam rekahan akan turun dan fracture akan tertutup. Maka untuk menjaga agar rekahan tersebut tetap terbuka, nantinya akan diberikan propan (semacam sand) untuk menjaga rekahan tersebut tetap terbuka.

Dewasa ini tipikal pekerjaan Fracturing menggunakan fluida yang cukup thick yang dipompakan ke dalam reservoir. Stage pertama dari pekerjaan ini adalah injeksi Pad (Water, Polymer, dan Additives). Lalu akan diikuti oleh Slurry (Pad+Propant, but generally sand in suspension). Selanjutnya akan diikuti oleh beberapa step slurry yang dibedakan oleh konsentrasi propant dan slurry nya. Dibawah ini contoh step job description dari pekerjaan fracturing.


Pressure akan diberikan saat pad mulai masuk kedalam fracture yang dibuat. Slurry akan membantu memanjangkan fracture yang sudah terbentuk dan menyalurkan propant.
Secara perlahan, fracture akan terisi oleh propant sampai dia ter packed sempurna.

Sampai detik ini pekerjaan fracturing bisa dinyatakan selesai dan pumping job berhenti. Preesure akan turun, dan fracture mulai ter packed dengan propant di dalamnya.
Dari beberapa Paper, dibawah ini adalah workflow yang bisa dipakai untuk selection process dari pekerjaan Hydraulic Fracturing.

Hal yang paling penting dari suatu design Hydraulic Fracturing adalah Rock Mechanic. Namun sampai saat ini, perkembangan ilmu rock mechanic masih terhambat dibelakang perkembangan dari fluid technology yang terus dikembangkan oleh service company.
Jaman dulu, tak banyak data ataupun teori yang dibutuhkan dalam mendesain suatu pekerjaan fracturing, Namun saat ini baik dari service company ataupun dari oil company membutuhkan banyak data sehingga kita berharap bisa mengontrol kemana fluida itu akan bergerak sehingga kita bisa mengontrolnya. Dan disini, peran rock mechanic sangat dibutuhkan.
Fracture yang terbentuk di bumi itu bukan Horizontal Fracture, namun vertical. Hal itu dikarenakan fracture akan bergerak ke arah batuan terlemah di stressal zone nya. Banyak model geomechanic yang sudah di generate dewasa ini, mulai dari 2D, sampai ke 3D model.

Model 2D dibentuk dari 3 model yang sudah dikenal, Perkins-Kern-Nordgren (PKN), Khristianovic-Geertsma-De Klerk (KGD) model, dan radial model.

Untuk model 3D, biasanya dibentuk dari simulasi statis model dan lebih realistis karena berdasarkan vertical variation di magnitude dan principal stresses.

Setelah kita menentukan model geometri mana yang kiranya cocok dengan reservoir kita, nantinya akan berpengaruh dengan fracture design yang nantinya akan kita buat. Hal tersebut akan mempengaruhi besarnya volume pad atau slurry yang akan kita pompa, dan perkiraan besarnya fracture length dari yang akan kita buat. Dan tentunya akan berpengaruh ke cost dari fracture design kita ke service company.


Oke, selamat mencoba stimulation method ini :)



Source: Halliburton web; Schlumberger paper

Senin, 01 Februari 2016

Tujuh lapis langit (3-habis)

Sudah beberapa hari ini Ujian Akhir Nasional untuk SMA selesai, masih bergelayut nasib apa yang akan menghampiriku kedepannya. Melanjutkan kuliah atau meratap di rumah.

"Mas, kata bapak alhamdulillah SMA 1 lulus semua", kubaca pesan singkat yang muncul dari telepon selular ku, kaget memang karena dia hampir tak pernah mau menanggapiku selama ini. Lega karena pertama kali yang dia hubungi aku, dan lega aku lulus.

Lagi lagi ketika satu keluargaku mengkonfrontir aku mengapa keukuh buat kuliah di kedokteran, mungkin aku hanya akan diam dihakimi oleh mereka. Aku sendiri masih bingung kenapa harus bercita cita menjadi dokter. Tak ada satupun dalam silsilah keluargaku yang mengabdikan dirinya untuk menjadi dokter. Faktor financial memang menjadi alasan utama, namun memang, buat keluarga kami, bisa makan cukup dan beribadah yang rajin agar masuk surga jauh lebih utama dibanding cita cita yang tinggi. Pathetic? Tergantung dari mana kau melihatnya kawan.

Jam 4 subuh aku mengepak tas sendiri, cuma sehelai baju, dan uang seadanya. Bapak masih berdiri tegak sholat sunah sebelum subuh. Adekku masih tertidur, dan ibu seperti biasanya menyiapkan sarapan untuk anak anaknya.

Aku berangkat sendiri ke Yogyakarta, tidak ada iringan motor seperti saat kami akan melakukan ujian mandiri di universitas paling bonafide se Yogya itu, tidak ada bapak yang mempersiapkan mobilnya dan siap mengantar anak pertamanya untuk menghadapi babak baru dalam hidupnya.

Hanya berbekal beberapa nasihat dari Pamanku, aku memutuskan mencoba jalan itu. Jalan yang siapapun tak pernah mengira aku akan berakhir disana, tapi itulah akhirnya.

Sendiri aku berjalan di perguruan tinggi yang ada ada di pinggir Jalan Lingkar Luar kota Yogyakarta itu. "Mas isi formulirnya dulu yah, nanti bayar uang pendaftaran, terus bisa melakukan computer based test di Ruangan itu", pinta seseorang yang seumuran bapakku menunjukkan tahapan yang yang harus kulakukan disana. 

Aku cuma mengangguk dan mencoba mengatur nafas, menguatkan diri bahwa aku harus melewati hari ini dengan baik.

Setelah kurang lebih satu jam duduk di depan komputer, tiba-tiba muncul kata "Excellent", tak perlu menjadi lulusan Imperial College untuk tau apa arti kata berbahasa inggris itu, tapi kata itulah yang membuat saya untuk pertama kalinya berjalan tidak beriringan dengan mimpi yang sudah saya rajut sejak awal dulu menuntut ilmu.

Hari beranjak sore ketika aku berdiri sendiri menunggu bus untuk membawaku kembali ke Solo, pulang dengan surat ditanganku yang menyatakan aku diterima. 

Gemetar tanganku, untuk pertama kalinya aku dinyatakan diterima, walau bukan untuk menjadi seorang dokter.

Aku mencoba mencari nama bapak di telpon selularku, "Ya alhamdulillah, hati hati pulang", jawaban bapak yang tak terkesan bangga mendengar keberadaan surat itu ditanganku.

Bukan bahagia, aku pulang berlinang air mata

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Upaya terakhir memang selalu yang paling menyakitkan but some people may say that a last effort often becomes the winning stroke. Setidaknya berjuang sampe mati. Itu yang ada di pikiran remaja 18 tahun yang sudah berkali kali gagal di setiap upayanya masuk perguruan tinggi.

"Gimana udah disiapkan semua?", tanya ibuku lirih memberikan sepiring nasi goreng untuk sarapan pagiku. "Sudah bu, bismillah aja yah", timpalku sambil melahap sarapan yang rasanya jadi tak karuan karena grogi yang sungguh luar biasa.

Lagi lagi, nervous yang menjadi biang keladi  masalahku.

Ada peristiwa ketika ketika SMP, ketika diminta pidato, saking grogiku, sempat aku muntah di pagung, konyol memang, tapi sudah menjadi rahasia umum di keluargaku kalo aku ayam sayur di depan panggung.

Sempat aku sedikit berubah, ketika bergabung dengan Teater dan menjadi Aktor Terbaik se Jawa Tengah, semua serasa mudah. Sampai ibuku tak percaya kalau aku sanggup melakukan monolog selama itu tanpa muntah.

"Jadi udah yakin tetep mau ambil kedokteran?", tanya bapak kembali meyakinkanku. "insya Allah Pak, bismillah", jawabku yang malah merasa terkoyak mendengar pertanyaan itu.

Bapak cuma mengangguk, tak ada sesuatu hal yang istimewa pagi itu, aku anak pertama, berusaha merubah nasib keluarganya, tapi serasa tak ada restu untuk menggapainya.

Gontai aku mencari ruangan tempat ku ujian kali ini, Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bakda maghrib aku tak selesaikan dzikirku, beranjak aku lari dari shaf terbelakang di masjid dengan usia sebayaku itu.

Aku tak peduli bapakku  akan mengamuk atau tidak karena malu melihat tingkah anaknya yang tidak bisa menjadi contoh yang baik untuk generasiku, tapi ini upayaku yang terakhir, cuma satu di fikiranku saat itu, aku harus lulus.

hanya terdiam melihat layar 14 inch di depanku seolah tertawa di depanku, tertunduk aku lesu dibuatnya.

Pilihan pertama Fakultas Kedokteran UNS dan pilihan kedua Fakultas Kedokteran UNEJ,

Semesta lagi lagi tak berpihak kepadaku, sudah tujuh lapis langit yang kuupayakan, tak ada satupun langit bisa menjadi tempat singgahku.

Aku masih membumi...

Minggu, 17 Januari 2016

Tujuh lapis langit (2)

Bapak lahir dari keluarga yang bisa dibilang kurang beruntung, jangankan keliling luar negeri, mau sekolah saja, susahnya minta ampun buat dapet ijin dan duit dari orang tuanya.

Ada cerita menarik ketika bapak lepas lulus dari Sekolah Dasar, seorang pembesar di desa menghampiri keluarga bapak untuk bersilaturahmi, "Nak, kamu mau sekolah di Jakarta?" Tanya orang paruh baya itu ke anak yang bisa dibilang baru lepas baligh.

Iya, bapak dijanjikan untuk melanjutkan sekolah SMP di ibukota, bapak belum mengerti bahwa saat itu ibu kota sudah menjadi lebih jahat daripada ibu tiri. Dengan janji yang cukup menggiurkan, uang saku, sekolah, dan angan untuk menjadi orang sukses, bapak sukses dibawa merantau ke jakarta. Bayangkan, pipis aja belum lurus, ini anak udah berani beraninya merantau ke Jakarta hanya karena dijanjikan sekolah. Demi satu hal, mengubah nasib.

Naas dia, 6 bulan di ibu kota, tak kunjung bapak didaftarkan ke sekolah, tambah malang, seharinya dia diminta jaga kandang ayam dan mengurus rumah. Tragis memang, anak berusia tak lebih dari usia balighnya, jauh dari orang tua, hanga dipekerjakan tak tau aralnya.

Bapak memutuskan kabur setelah berbulan bulan dia tak lekas disekolahkan, entah naluri macam apa yang menggelayutinya, dia akhirnya memutuskan naik bus, sendirian pulang kemana dia seharusnya dia untuk pulang.

Kawan, kalau kau tanya aku, apa aku percaya dengan kisah drama tak berkelas dari bapakku ini? Jujur, berat untuk mempercayainya. tapi apa daya, memang ini yang terjadi pada dirinya. Sempat aku bertanya kepada beliau, apakah orang yang menipu dia masih hidup? Beliau menjawab masih, dan konon katanya dia sudah minta maaf kepada bapak atas perbuatan bodohnyaa dulu.

Bapakku anak kelima dari 6 bersaudara, satu satunya sarjana di keeluarga bapak. Itupun setelah dia memaksa dengan berjalan kaki sejauh 30 km dari rumah ke sekolahnya, salah satu SMA swasta favorit di solo. Dengan merengek dia minta kepada kepala sekolah agar datang ke orang tuanya, dan meminta restu untuk sekolah di Solo. Beberapa malam menimbang, akhirnya diijinkan. Tinggal di kamar tak ubahnya gudang, bapak nyambi sebagai merbot (baca: penjaga masjid) di sekitaran keraton kasunanan solo.

Mungkin jika diminta membandingkan dengan diriku sekarang, tak ada apa apanya dibanding semangat bapak yang ingin mengubah satu hal dalam dirinya, nasib.

Bapak bukan pegawai negeri, beliau hanya buruh lepas yang bekerja di salah satu percetakan yang dimiliki saudagar pacitan yang membuka toko di Solo.

Mengawali karir sebagai salesman, menjual buku dari sekolah satu ke sekolah yang lain, sampai beliau dipercaya memimpin salah satu cabang di Magelang, dan akhirnya kembali di solo.

Bukan bapak ga mau buat jadi pegawai negeri, tapi dasar nasib memang tak berpihak padanya, dia selalu gagal tes disana. Sampai 5 atau 6 kali bapak mencoba peruntungan untuk menjadi tenaga negeri, sayang gagal selalu gagal. Karena itu dia bermimpi anak anaknya bisa meneruskan cita citanya untuk jadi pegawai negeri sipil.

Bapak sering, bahkan terlampau sering mencuci otak anaknya untuk punya keinginan berkuliah di salah satu perguruan tinggi kedinasan yang sudah pasti arah kerjanya. Sudah gratis, pasti dapat kerja, pegawai negeri pula. Itulah yang selalu didengungkan bapak daripada menyemangati anaknya untuk menjadi dokter.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebelum subuh rumah kami sudah sibuk, bapak membersihkan mobil dan terlihat mengecek kesiapan mobilnya.

Ibu sudah lebih sibuk dibanding kami, bisa dibilang beliau yang paling rajin diantara kami sekeluarga. Bagaimana tidak, disaat ibu ibu rumah tangga antri untuk beli sarapan di warung warung setiap pagi, ibu memilih untuk bangun lebih pagi dan mempersiapkan segala sesuatu untuk suami dan anak anaknya. Hal itu sudah dilakukannya sejak pertama kali menjadi suami bapakku. Konsistensi yang luar biasa, wanita karir yang merangkap ibu rumah tangga.

Adekku terlihat bersemangat karena akan menemani kami, sedang aku, masih dengan hampa melangkahkan kaki untuk mandi dan mempersiapkan semua.

Jam 6 kami sudah tiba di Yogyakarta, memang sekolah tinggi akutansi ini adalah sekolah yang favorit karena menjanjikan masa depan yang lebih jelas dibanding sekolah sekolah yang lain.

Status sebagai pegawai negeri sipil sudah setidaknya ditangan jika resmi menjadi mahasiswa sekolah tersebut.

Bisa ditebak, bapak yang paling menunggu nunggu momen ini, anaknya diterima menjadi pegawai negeri sipil. "Akh, itu harapan bapak, bukan aku", gumamku dalam hati mencoba mencari dalil yang menguatkanku untuk tidak mengikuti test hari ini.

Soal dibagikan, kulihat perlahan, terlihat lebih mudah dibanding ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Aku masih menghela nafas, masih mencoba menghakimi diri, kenapa aku bisa duduk di kursi ini, bersaing dengan puluhan ribu calon mahasiswa di seluruh Indonesia yang memang bercita cita bersekolah disana.

Kuletakkan penaku, aku memilih berbeda jalan dengan bapak,

Mungkin bapak akan membunuhku jika dia tau, aku tak pernah kerjakan soal soal itu...

-----------------------------------------------bersambung----------------------------------------------------

Sabtu, 16 Januari 2016

Tujuh lapis langit (1)

Jaum pendek itu sudah tunjukkan angka 4, sore rupanya, aku bergegas ambil beberapa ribu uang yang ada di meja belajarku dan langsung berteriak depan ibuku, "Buuk, aku ke warnet!" tergopohku meminta ijin dengan berteriak ke ibuku.
Saat itu kami belum mengenal teknologi yang bernama paket data internet, jangankan itu, kami untuk saling berkirim pesan singkat menggunakan SMS saja berfikir beberapa kali kalau lawan komunikasinya berbeda jaringan provider. Itulah jamanku, ketika nomer handphone jauh lebih berharga daripada satu mangkok bakso.

Warnet merupakan salah satu andalan pelajar tempo itu, dengan kapasitas tak ada 1 Mbps di tiap warnet, itu sudah lebih dari cukup jika hanya untuk membuka friendster atau sekedar chat Mirc untuk mencari kenalan. Dengan bermodal "ASL PLS", the world is yours my man.

Tak jauh warnet itu dari rumahku, langsung kucoba situs yang kutuju, lagi lagi belum booming yang namanya searching engine macam google, bing, atau yahoo search. Jika kamu ingin surfing di warnet, setidaknya km harus tau website mana yang akan kamu tuju.

Seketika duniaku gelap, nafas serasa berhenti, namun jantung berdetak 100 kali lebih cepat, berlebihan memang, tapi tak ada lagi kalimat yang lebih lebay untuk bisa ilustrasikan kondisiku sore itu. 

Aku sadar sebenarnya kalau memang aku bukan dari keluarga yang pintar, bapakku lulus dari salah satu perguruan tinggi negeri di kota kelahiranku dengan nilai yang bisa dibilang biasa, pun ibuku yang bisa dibilang masih bisa lulus pun oke punya. Tapi apa yang mereka lakukan untuk membentuk anak anak nya sudah terlampau lebih dari apa yang sudah mereka peroleh saat itu.

Tapi memang, inilah yang dinamakan maksud hati memeluk gunung, tapi apa daya tangan tak sampai. Maksud hati ingin menjadi dokter, apa daya nilai tak sampai. Iya, awak gagal di PMDK untuk jurusan Fakultas Kedokteran di salah satu universitas negeri di Kota Jember.
er
Menangis, hal termudah yang bisa dilakukan oleh manusia ketika mereka kesusahan, dan mereka berharap, dengan menangis, masalah sebesar Gunung Jaya Wijaya pun bisa hilang ketika mereka kesusahan. 

Ibuku bingung melihat polahku yang layaknya seorang gadis yang pulang dan kehilangan kegadisannya, lemas, tak ada semangat hidup, dan mata lembab laiknya lepas tawuran di kampung sebelah. 

"Ngopo to le?" tanya ibuku dengan lirihnya, mencoba memberikan satu pertanyaan yang diharapnya bisa menjawab kegaduhan hatiku saat itu, sayang aku tak mau mengadu, cuma mau mengaduh dan sendiri mencoba meratap kenapa aku lahir sebodoh ini dengan gagal di hal ter remeh yang bernama PMDK.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bapakku bisa dibilang salah satu yang menyatakan kurang setuju jika anak pertamanya mengambil pendidikan sebagai seorang dokter, bukan apa apa, sudah rahasia umum jika menjadi seorang dokter itu tidak membutuhkan biaya yang sedikit, dan waktu studi yang lama.

Aku pun sebenarnya tak tahu kenapa aku bisa bercita cita menjadi seorang dokter, karena pada dasarnya cita cita seorang anak itu selalu berubah sebanyak 5 kali di setiap waktunya. Ketika dia Pre TK, TK, SD, SMP, dan SMA. Dan bisa dibuktikan dari berbagai survey yang tak bertanggung jawab, setiap anak di Indonesia pasti pernah memimpikan menjadi seorang dokter, polisi, dan presiden. Dan begitu pula dengan aku saat itu, bahkan awak pernah berharap menjadi winspector yang menyelamatkan cewek idola jaman SD, ga pernah nyangka fantasi SD awak dulu seliar itu.

Tak tau karena tak tega atau apa, pagi itu bapakku memutuskan untuk mengantarku dan satu orang temenku untuk ke Semarang, iya Semarang, Sekitar 150 km di barat daya kota solo. 3 Jam kira-kira kalau kita agak sedikit ngebut dengan sepeda motor 125 cc.

Universitas Negeri tsb sebenarnya selalu melakukan tes secara berjamaah dengan universitas lain ketika SPMB dijadwalkan, namun karena ada kebijakan universitas diperbolehkan melakukan ujian mandiri, maka dibukalah untuk pertama kalinya ujian mandiri untuk menseleksi calon mahasiswa baru untuk bisa berkuliah di kampus tersebut.

Semarang cukup menjadi kota yang spesial ketika aku masih bersekolah di SMP, you know lah, tak ada masa sekolah yang indah jika tak dibumbui dengan urusan pertinjaan (dibaca: cinta). 

Saat itu awak cukup ngefans salah satu gadis riang yang selalu senyum setiap waktu, mau makan senyum, jalan senyum, kejedot meja juga senyum. Tapi sayang, namanya orang ngefans, kalo ga bilang kalo ngefans yah ga bakalan orang tau kalo doi lagi ditaksir. Yah, itulah yang terjadi, sang gadis ternyata harus pindah ke Semarang, bagai Alejandro yang mengucap janji setia kepada Marimar, aku bilang kalau aku bakal nungguin dia, dan ga akan pacaran selama SMA, tapi sayang itu kuucap dalam hati doang, ga langsung depan dia. Dan finalnya, doi punya pacar di selama SMA, da Tuhan mengaminkan ucapan dalam hatiku, jomblo selama SMA.

Boi, benar kata nenek, ucapan adalah doa, maka berhati hatilah dengan ucapanmu, walaupun dalam hati alias mbatin hahaha

Itulah kompetisi keduaku dibidang akademik setelah di SD aku "dipaksa" untuk ikut lomba Matematika se kota Solo oleh guru lesku, dengan alibinya ingin membuktikan kalo aku sebenarnya mampu bersaing, dia memaksaku untuk bersaing dengan orang orang Top di masanya.

Duduk di deretan tengah aku berdoa dan mencoba melupakan peristiwa gagalnya PMDK di salah satu universitas negeri di Jember, dan berharap kemujuranku ada saat aku di Semarang ini. 

Ini yang menarik apabila kita mengikuti ujian Mandiri yang dibuka oleh sekolah sekolah negeri, kita diwajibkan mengisi nominal uang gedung yang akan kita bayarkan apabila kita diterima, dan gosipnya nominal ini bisa menjadi pertimbangan apabila nilai kamu kurang. Dan dasar, memang karena watak yang kere tapi bermental baja, awak mengisi form tersebut dengan nominal yang "Cukup".

Hari berganti, lagi lagi dengan bermodalkan beberapa ribu di kantong, selepas maghrib, sekitaran setengah tujuh waktu saat itu, aku kembali ke warnet untuk mencoba mengecek hasil dari ujian mandiri tersebut.

"Maaf anda tidak lulus"

dan semuanya kembali gelap...

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada pepatah yang bilang, ketika kamu jatuh sekali, berdirilah sekali, jatuh untuk kedua kalinya, berdirilah untuk kedua kalinya, seterusnya sampai kamu bisa berdiri tegap dan berlari...
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yang ditunggu tiba, anak IPA 1 di sekolahku cukup akrab antara satu dengan yang lain, semuanya dilakukan rame rame, apapun itu, ke kantin kami barengan, nyiulin cewek dari lantai dua, kami barengan, bahkan ke toilet pun bahkan barengan.
Ada pertanyaan sebenere kalo awak jadi guru saat itu, ketika ada yang bilang "Pak, ijin kebelakang", kenapa selalu ada ekor yang ngikuti dari belakang, pengen nyletuk "kenapa ngekor kamu, homo yah?", tapi hmm.. ga tega rasanya menjudge anak bau kencur semacam homo, mungkin memang masanya kalo pipis kebeletnya bisa bareng.
Tapi lucunya, sekarang kalo kerja, ga pernah ada yang ke toilet barengan :))

5 motor saat itu beriringan dari solo menuju Yogyakarta, salah satu kota yang padat akan pelajar pelajar gemes yang minta digemesin. saat itu kami berniat melakukan ujian mandiri yang dibuka oleh salah satu perguruan tinggi negeri di kota gudeg itu. Laiknya semut, ribuan motor memadati kampus yang biru yang berlokasi di bulak sumur.

"Mbah, ini lho mbah kampusku", pintalku ke salah seorang kawanku yang biasa disebut simbah karena sebagian rambutnya berwarna putih karena digigit lebah.
Cukup percaya diri saat itu, yakin bahwa kali ini nasib sudah harus di tanganku.

Kampus yang dipenuhi koas koas cantik sudah didepan mata, melihat calon kakak kakak kelasku yang begitu rupawan, aku terpacu tak sabar menghadapi esok, Ujian Masuk ke Kedokteraan PTN di Yogyakarta.

Pagi hari aku coba persiapkan diri, sial beribu sial, aku tak bisa tidur malam itu, bukan apa apa, aku nervous. Salah satu penyakit orang yang susah sukses adalah nervous. Cukup lama aku di toilet untuk mandi saat itu, penyakitku adalah, mual rasanya kalau kiranya jam tidurku kurang. Keluar semua isi sarapan pagiku yang memang sengaja kulahap sebelum aku mandi. 

Kampus ini cukup besar, bisa dibilang satu kelurahan kira kira kalau kita hitung luas area yang dibutuhkan untuk membangun kampus semegah ini.

Fakultas Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, itulah tempatku untuk melakukan ujian pagi itu, entah memang sial atau alam tak berkehendak saat itu, pagi itu, mendung menggelayuti Jogja. 
Aku duduk tepat didepan pintu besar yang didukung oleh angin yang bertiup dengan kencangnya siang itu.

Perut kosong ditambah badan lemas, di integralkan dengan posisi duduk, di akar kuadratkan dengan angin, semuanya menjadi hancur.

semesta tak bersahabat lagi denganku... 

-------------------------------------------------bersambung---------------------------------------------------------