Minggu, 22 Agustus 2010
ESP: JOB PPS (2)
Electric Submersible Pump (ESP)pertama kali digunakan di Indonesia oleh Caltex lebih dari lima belas tahun yang lalu. Pada tahun 1970, 60 persen total produksi minyak Indonesia diproduksi oleh pompa ini. Dalam hal ini, Powerlif adalah vendor yang dipercaya untuk ESP di JOB PPS.
Pada prinsipnya pompa-pompa ini sama saja kecuali pada bentuk impeller dan diffusernya. Unit pompanya terdiri dari pompa centrifugal, seal section (istilah Centrilift, Reda menyebut protector dan ODI menyebut ini equilizer) dan electric motor. Unit ini ditenggelamkan di cairan, disambung dengan tubing dan motornya dihubungkan dengan kabel ke permukaan yaitu ke switchboard dan transformer (trafo). Tiap jenis pompa akan memiliki pump curve nya masing-masing, dari pump tersebut akan terlihat kemampuan dari pompa tersebut, efektifitas dari pompa tersebut, serta jumlah rate yang bisa diproduksi dari pompa itu.
Trouble Shoot
Setelah sumur berproduksi secara continue dengan rate normal 1704 BFPD selama 5 hari, tiba-tiba rate produksi turun dengan drastic menjadi 249 BFPD.
Dan sejak saat itu, banyak terjadi masalah di sumur Bagong #2, seperti pompa yang underload, pompa yang mati, rate produksi dan BHP yang tidak stabil.
Analisa yang di lapangan mengenai apa yang terjadi adalah, terdapat perbedaan yang jauh antara kapasitas produksi pompa dengan kemampuan formasi berproduksi. Dimana laju produksi pompa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan produksi dari formasi tersebut.
Hal itu akan menyebabkan fluid level dalam lubang sumur menurun dengan cepat sehingga pompa tidak tercelup. Apabila itu terjadi, akan terjadi peristiwa underload dan akan mengakibatkan down trust. Jika hal tersebut terus menerus didiamkan, maka dikhawatirkan pompa akan mengalami kerusakan, bahkan bisa terjadi Off Down Hole (ODH) pump dalam sumur. Produksi rata-rata harian sumur Bagong #2 sebenarnya tidak terlalu buruk, namun terjadi ketidakstabilan produksi tiap jam dalam seharinya.
Skenario Solusi
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mempertahankan rate produksi sumur Bagong #2 serta mempertahankan Bottom Hole Pressure (BHP) agar bisa selalu stabil.
Beberapa upaya untuk mempertahankan rate dan BHP tersebut antara lain dengan cara :
1. Pinch
2. Circulation Line
3. Resizing pump
Dengan cara-cara tersebut diharapkan Sumur bagong #2 dapat berproduksi secara optimum dan lifetime dari sumur dapat lebih lama.
1. Pinch
Pinch merupakan salah satu scenario dalam mempertahankan rate produksi bagong #2 yang turun dengan drastic. Dengan cara menutup sedikit wing valve yang ada di Christmas tree. Dengan ditutupnya sedikit wing valve yang berhubungan dengan flowline, Well Head Pressure akan naik dan diharapkan BHP akan naik dan rate produksi akan kembali normal.
Dalam kondisi actualnya, perlakuan ini berpengaruh terhadap rate sumur serta BHP.
Rate produksi sumur akan menurun. Dan diharapkan static fluid level bisa stabil.
2. Circulation Line
Circulation line merupakan suatu line saluran tambahan, yang dibuat antara wing valve di well head dengan wing valve di dekat flow line menggunakan tubing 3/8 inch. Prinsip kerja dari circulation line adalah, mengembalikan kembali sebagian fluida yang telah diproduksi menggunakan ESP ke dalam sumur, untuk menjaga agar fluid level yang tadinya sebelum diberi circulation line selalu turun dengan drastic dapat terjaga dengan level yang konstan dan pompa selau dalam keadaan tercelup.
Konskuensi dari penggunaan scenario ini, rate fluida yang disuplai dari Sumur Bagong #2 akan menurun dan kita tidak tahu seberapa banyak fluida yang dikembalikan ke dalam sumur. Dan dikhawatirkan, ESP akan mengambil produksi melebihi kapasitasnya sehingga bisa menyebabkan up-thrust.
3. Resizing Pump
Gejala menurunnya fluid level dari sumur Bagong #2 dapat dikarenakan kapasitas pompa yang digunakan, yaitu pompa QN-20 dengan 165 stages yang terdapat indikasi over capacity untuk sumur Bagong #2. Hal tersebut yang selalu mengakibatkan fluid level dalam sumur tersebut dapat turun dengan drastic.
Dengan diturukannya spesifikasi pompa, diharapkan rate dapat lebih stabil, menjaga water cut dan mempertahankan net oil. Serta life time sumur dan pompa dapat bertahan lebih lama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar