Perutnya sudah membesar, sudah lebih dari 9 bulan calon ibu muda itu mengandung, di usianya yang belum genap 25 tahun, hamil besar, ditinggal suami merantau demi kelangsungan hidup pasangan yang baru genap setahun berumah tangga, sungguh berat membayangkannya. Sudahlah, tak perlu dibayangkan, seperti kata Tuhan, yang ribuan tahun lalu berfirman, Dia tidak akan memberi cobaan suatu kaum melebihi batas kemampuan umatnya, itulah yang diyakini wanita muda yang tak lama lagi berganti peran menjadi seorang ibu. Suatu peran yang selama 25 tahun tak pernah dia bayangkan akan didapatkan sebegitu susahnya. Tapi sekali lagi, dy masih yakin atas janji Tuhan itu.
Akhirnya saat itu pun datang, ketika memang Tuhan berkehendak lain, bukan kelahiran yang normal, lebih dari usia rata rata wanita mengandung calon bayi mereka, tanpa suami di sampingnya, hanya ada kakak ipar, dan kedua orang tuanya, harus memutuskan operasi caesar atau bayi nya akan mati.
Mati, sungguh itu bukan konskuensi yang pantas diterima oleh bayi yang akan lahir dari rahim wanita kuat itu, sudah separuh hidupnya diberikan untuk mencoba melihat senyum dan mendengar tangis anak pertamanya, tak mungkin dy mau untuk mendengar kata mati di siang itu.
Bakda dhuhur semuanya meminta diputuskan, tanpa ada handphone, atau bahkan jaringan internet seperti dewasa ini, sang suami tak mungkin pulang saat itu juga, jarak 100 KM memisahkan kedua insan itu, dan hidup atau mati taruhannya.
Caesar, tak pernah sebelumnya ketika gadis dia mimpikan harus bertemu dengan pisau, jarum, bahkan benang untuk proses kelahiran bayi pertamanya, dan itu akhirnya harus di lakukan, hanya gurat kepasrahan yang tersingkap dari wajah calon ibu itu, keselamatan bayinya yang utama, bukan dirinya, seolah tak perdulikan tentang keselamatan jiwanya, dy minta ayahnya untuk menandatangani semua syarat syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan operasi caesar. Dan itu dilakukannya tanpa ada suami di sampingnya. Hanya ada takut, tapi dy tetap harus melawannya.
Ayahnya yang masih terlihat bugar dan tegas setia menunggui anak perempuannya yang akan menjadi ibu, demi cucu akan dy beri nama “bangkit” karena hari itu adalah hari kebangkitan nasional, dy tetap berdiri di depan pintu ruang operasi itu.
20 Mei 1989, 17.30 WIB, menjelang maghrib, dengan berat 2.8 Kg, seorang bayi laki laki lahir dari rahim wanita kuat itu, setelah lebih dari 9 bulan 10 hari dikandungnya, akhirnya berubah pula statusnya menjadi seorang Ibu.
23 tahun sudah peristiwa itu terjadi, sudah penuh etalase kehidupan yang ibu muda itu isi dengan penuh kebahagiaan atau bahkan kesukaran. Bukan apa apa yang dy inginkan....
Hanya kebahagiaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar