Dia sosoknya besar, suaranya tegas, dan dy berbadan gempal, sebut saja dia pak parjo, wali kelasku di kelas 3 Sekolah Dasar. Perkenalan kami bisa dibilang tidak cukup baik, setiap waktu saya selalu dianggap biang keladi kerusuhan yang ada di kelas, dan sya akan menjadi orang pertama yang harus dicari bila ada kerusuhan di kelas.
Hampir 2/3 tahun saya terlambat di kelas 3 ini, sering menghabiskan waktu jam pertama dan kedua pelajaran di dalam kelas, atau bahkan di UKS. Beruntung kalo masih bisa masuk kelas harus rela dipermalukan didepan kelas dengan harus berdiri dan mengangkat satu kaki.
Saya tidak berfikir bahwa sistem pendidikan di sekolah ini salah, atau gurunya yang keterlaluan, tp memang saya yang keterlaluan. Sifat dominan saya sudah nampak sejak kelas 3 ini, tapi yaah, selalu tidak berhasil memenangkan keadaan. Ada anak guru, mukanya sengak, dan emang sedikit songong, yaudah saya ajak dia berantem, kami pukul pukulan sampe ada yang mimisan, sayangnya saya yang selalu menjadi pihak yang dipersalahkan entah karena saya sudah di cap nakal, ataupun dia adalah anak guru.
Jangan harap saya bisa tenang tiap masuk kelas, muka sengak wali kelas tiap ngliat saya selalu harus saya hadapi setiap pagi berangkat sekolah, mungkin itu yang membuat saya malas berangkat ke sekolah sehingga telat. Pernah suatu ketika kami sekelas mengerjakan LKS, temen sebelah saya mendapat nilai 10, dan kebetulan saya juga mendapat nilai 10, akhirnya hadiah yang saya dapatkan, semua anak boleh pulang sekolah kecuali saya, saya harus ngaku kalau saya nyontek temen sebelah saya. Entah mengapa anak seperti saya diperlakukan seperti ini.
Saya pun juga pernah mendapat perlakuan sedikit kurang mengenakkan untuk bocah berumur 9 tahun, ketika kami berbuat gaduh dikelas, saya mendapat hadiah yang cukup membuat akal saya berputar 10 kali untuk bisa mengatasi hal tersebut. saya di skors oleh guru tersebut. Bayangkan, saya seumur segitu, yang harusnya disayang dan diarahkan malah di skors.
Puncaknya, di akhir tahun, saya dibuang ke kelas B, ini yang saya kurang suka dari SD tempat saya belajar, kenapa musti ada kastanisasi pendidikan? Apa tujuannya biar yang pinter tambah pinter? dan yg bodoh semakin bodoh? Uniknya, saya masih 10 besar di kelas, tp karena saya diberi nilai "C" di kepribadian saya, akhirnya saya diungsikan ke kelas B.
Hari ini membuka halaman group SD saya, sedikit tercengang melihat salah satu wali kelas saya yg dulunya gagah, gempal, terkenal pemarah dan selalu menghakimi saya, sekarang (maaf) tinggal tulang, kurus kering, dan dikabarkan sakit.
Mungkin bisa dibilang masa kelas 3 SD inilah merupakan masa masa berat saya sebagai seorang anak kecil, dibilang menyakitkan? iya, menyakitkan.
Saya memang dulu terkenal cukup nakal dan berani dibanding teman teman sebaya, tapi terlalu kebablasan, hehehe
Itu tadi bagian sedih sedihnya, sebenarnya saya sedikit kecewa dengan semuanya, jauh berbeda dengan teman teman saya yang benar benar menjadi anak kesayangan walikelas maupun orang tuanya.
Jujur, saya tidak pernah melupakan sedikitpun dari apa yang pak parjo lakukan kepada saya ketika saya kelas 3 SD tersebut, masa itu adalah masa masa yang tak mungkin sebegitu mudahnya dilupakan oleh anak anak seumuran saya. Tapi apa yang beliau lakukan kepada saya, membuat saya tersadar kemudian, bahwa saya harus menjadi pribadi yang lebih baik, jauh lebih baik dari yang sebelumnya.
Lekas sembuh wali kelasku, in sya Allah saya berjanji akan jadi orang yang jauuh lebih bermanfaat dari apa yang dulu bapak pernah fikirkan sebelumnya. Terima kasih atas ilmu yang bapak berikan.
اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ اَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ فَأَنْتَ الشَّافيِ
لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً
ALLAHUMMA ROBBANNASI ADZHIBILBA' SA ISYFI ANTASYSYAFI LA SYIFAUKA SYIFA' AN LA YUGHODIRU SAQOMA
"Ya Allah, Tuhan manusia, lenyapkanlah segala penyakit, sembuhkanlah, Engkau Tuhan yang menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan suatu penyakitpun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar