Kira kira tepat 66 tahun yang lalu, di bulan islam yang sama, di Bulan Ramadhan, beberapa pemuda mencoba menculik Ir. Sukarno untuk dibawa ke suatu kota di dekat krawang, Rengasdengklok. Mereka meminta agar saat itu, Bung Karno untuk segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan RI, karena sehari sebelumnya, para pemuda sudah mendengar bahwa Nippon sudah menyerah tanpa syarat di depan sekutu.
Tak mau gegabah, Sukarno bersama Ahmad Subardjo, dan Bung Hatta, akhirnya merumuskan juga naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda, seorang jendral Jepang yang iba terhadap perjuangan Bangsa Indonesia. Dan akhirnya, esoknya tepat 17 Agustus 1945, Ir. Sukarno pun memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
66 tahun sudah semua itu berlalu, apakah kita masih berani berkata bahwa kita sudah merdeka? agak sedikit ironi mengingat situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia. Terlalu bodoh atau saking pintarnya para elite politik bangsa yang dengan hebatnya malah meributkan besarnya uang yang mereka ambil.
Seperti kasus Muhammad Nazarudin, yang hampir memanfaatkan dana proyek hingga mencapai lebih dari 6 Triliyun.
Kadang saya bingung, buat apa uang sebanyak itu? apa buat makan? Apa iya harga satu porsi makan segitu? apa buat nginep di hotel tiap hari?
Bingung ngliat tingkah laku orang-orang seperti itu.
pernah saya membaca sebuah buku, 5 Cm judulnya, tentang beberapa orang sahabat yang melakukan pendakian bersama sama untuk menaklukkan Puncak semeru. Salah satu dari dari mereka mengungkapkan kalimat "sebobrok bobroknya bangsa ini, aku akan tetap mencintainya".
Agak menggelitik kalimat itu. Sebegitu bobroknya kah Bangsa kita?
Mungkin hampir seluruh Warga di negara ini akan mengiyakan kalimat itu.
Dan akan timbul pertanyaan, Berhasilkah Ir. Sukarno dan Pemuda pemuda itu memerdekakan bangsa ini?
Yogyakarta, 17 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar