Senin, 08 Agustus 2011

Pejuang Penentang Dilatasi Waktu

malam ini masih di ruangan ber AC sekitaran 6x7 m. Dengan perut mengerang erang belum kena nasi dalam 17 jam ini. Berfikir apakah masih bisa bernafas melewati agustus menyebrangi september hingga bisa beradu pandang melawan kejamnya oktober.

akhir akhir ini serasa dunia mencampakkanku, menggerogoti satu persatu hierarki hidup yang bernama semangat. Tak tau mengapa, tapi alasan utama hanya karena tak sanggup melawan dilatasi waktu.

serasa mengikuti lomba lari 100 meter yang hanya ditempuh dalam kurun waktu kurang dari 10 detik, dengan terengah engah. Dan ironisnya, perumpaan itu terjadi pada gundukan daging bernyawa yang sedang mengetik tulisan ini, terengah engah dan semua terasa berlalu begitu cepat.

hmm..bukan orang tua yang menuntut, tapi lingkungan yang selalu ajukan pertanyaan konyol itu. dan semua itu merujuk di satu kata, "LULUS".
Kata yang cukup dianggap tabu untuk diucapkan di kehidupan saya dalam waktu dekat ini. Yaah, manusia hanya berusaha dan berjuang. Tuhan yang akan menentukan semua nya.

Kadang saya berfikir, apa yang saya lakukan sekarng tidak akan berguna kelak di kemudian hari. Di depan 2 layar monitor sepanjang hari, mengerjakan simulasi, membayangkan perilaku reservoir minyak bumi, dan mencoba memperkirakan besarnya minyak atau pun gas yang dapat berproduksi di permukaan.

Tapi terlalu naif juga apabila harus seperti itu jalan pemikiran yang saya punya.
Tidak menyadari bahwa apa yang sebenarnya saya lakukan sekarang ini, akan bermanfaat suatu saat kelak, meski kita tidak mengetahui wujud dari implementasi hasil yang kita kerjakan sekarang.

Mengutip kata kata seorang sahabat yang menuntut ilmu di Psikologi, "Apa yang ada sekarang merupakan persiapan atas hal-hal yang akan dihadapi di masa depan. Meski saat ini belum kita pahami, suatu saat nanti kita mungkin akan mengerti"

Yaah, meski membuat isi kepala ini sedikit mau pecah, saya akan terus berjuang menjadi pejuang penentang dilatasi waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar