Jumat, 27 April 2012

Aku dan dia

Akuin atau tidak, dunia industri sangat jauh berbeda dengan dunia pendidikan, apalagi di jaman kuliah atau di jaman kita belajar dulu. Kadang masih ga ngerti ketika ada senior yang tiap ke kampus mencoba memberikan semangat ke adik adik junior mereka, "Kerja itu enak kok, ga sesusah kuliah".
Mungkin stigma itu yang musti dirubah selama ini. Bukan berarti salah, tapi ya memang salah. :p
Selama kuliah kita mempelajari sesuatu yang homogen dan sifatnya bisa dikendalikan, ketika human error hanya ada diatas kertas, dan dinilai oleh huruf A, B, C atau bahkan D.
Di dunia kerja, di Industri, semua berbeda, tidak ada lagi IPK, tidak ada lagi nilai-nilai tersebut, tidak ada hal yang homogen, semua heterogen. Itu artinya, semuanya lebih susah dan tentunya beresiko. Tidak hanya pekerjaan saya yang kebetulan saya bekerja di Industri oil and gas yang penuh risks dan uang.
Semua jenis pekerjaan memiliki beban yang sama, meski ukurannya berbeda. Sebagai seorang guru ataupun dosen, ketika mereka harus sudah bertemu dengan murid muridnya, menyampaikan apa yang dia tau, di saat itu pula dia mulai menanggung beban atas apa yang dia sampaikan ke murid murid nya, ketika ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amalan yang tak akan pernah putus hingga kiamat nanti. Seorang dokter, yang bukan lagi melakukan praktek dengan mayat, ataupun model lainnya, apabila sudah harus melakukan analisa penyakit atau bahkan operasi sudah benar-benar manusia utuh yang menjadi obyek nya. Resiko malpraktek, cacat atau bahkan pasien meninggal merupakan tantangan terberat menjadi seorang dokter. Begitu pula dengan apa yang saya gundahkan akhir akhir ini, mencoba meretas mimpi dari seorang mahasiswa teknik perminyakan, dan dianggap bernilai "memuaskan" tapi tidak bisa berbuat banyak di depan pimpinan perusahaannya. Bukan apa apa, ini bukan ujian UTS, atau pun UAS. Pengalaman berperan penting semuanya disini. Ketika 1+1 bukan lagi di anggap 2, itulah dimana kita harus mempertimbangkan banyak aspek, dan jam terbang adalah solusinya.

Ketika kita berfikir, bahwa kita adalah salah satu yang terbaik, dari kumpulan beberapa yang terbaik, setidaknya kita tau alasan mengapa kita berani asumsikan seperti itu, apakah itu asumsi yang standard ataukah tidak? Bekerja di industry oil and gas bukanlah industry yang murah, tidak bisa disamakan dengan pabrik TV, kain, atau bahkan makanan. Oil and gas itu penuh resiko, dan taruhannya uang jutaan ribu dolar amerika. Sekali kita salah dan lalai, banyak uang yang akan terhamburkan. Belum lagi masalah resiko, ingat masalah Lapindo? Ingat masalah piper alpha? berapa banyak jiwa yang mati karena satu kata bernama lalai? Mencintai pekerjaan, itulah poin dari semuanya, ketika kita harus mencintai apa yang kita kerjakan saat ini.

Banyak orang merasa mereka tidak bekerja sesuai dengan hati nurani, tidak dengan cinta, bukan mengejar kepuasan, tapi hanya mengejar harta. Itulah sesuatu hal yang kurang tepat. Ketika seorang guru dengan semangat dan bahagianya mengajarkan setiap hal kecil yang dia tau ke murid muridnya, ketika seorang dokter dengan ramahnya menerima para pasien dan mensugestikan kesembuhan ke pasien pasiennya, dan ketika seorang reservoir engineer dengan sabarnya berusaha melakukan history matching dan forecasting atas lapangan minyak yang dia kuasai. Terus terang, saya pun masih belajar mencintai pekerjaan saya yang sekarang, masih berusaha mengenal lebih dekat dan lebih dalam tentang apa yang dinamakan reservoir, waktu dan takdir sudah mempertemukan kami, hanya berharap, waktu dan takdir pula lah yang nantinya menyatukan kami. Saya sebagai reservoir engineer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar