Ruangan itu terlihat putih tanpa batas antara dinding, lantai dan atap laiknya laut yang terbentang sepanjang cakrawala tanpa batas.
Hanya terlihat 6 orang dengan diriku yang dengan kontrasnya mengenakan baju berwarna hijau dengan posisi semua siap sedia. Bentuk lampu itu masih terlihat berbeda dengan kebanyakan lampu yang kita lihat di sekeliling, besar, bulat dan terdiri dari beberapa kesatuan yang merujuk ke satu fokus diatas meja yang dibilang cukup menakutkan itu. Bukan hanya satu dua orang yang mendeskritkan stigma yang kurang baik apabila semua tindakan medis harus berakhir di tempat seperti ini, pun banyak pula harapan dan penghayatan banyak orang atas apa yang akan terjadi selanjutnya di ruangan putih itu.
Tampak seorang yang terlihat lebih senior diantara sepantara makhluk hijau di raungan itu memberi aba aba untuk segera melakukan tindakan pada dia yang sudah duduk di meja tersebut.
Hanya bisa diam dan pasrah melihat dia yang terbarik lemah tak berdaya karena anestesi sudah dilakukan di tulang belakangnya, dia yang sudah memasrahkan apa yang akan terjadi di kemudiannya.
Mulutku komat kamit tak karuan sebut Nama-Nya tiada henti dan penuh harap semua baik baik saja.
Kepalaku terasa terhantam oleh benda berdensitas tinggi sehingga memori itu berputar kembali ke 26 tahun yang lalu dan membayangkan seorang wanita paruh baya yang berani memutuskan untuk melakukan tindakan serupa untuk melahirkan bayinya tanpa didampingi suaminya.
Berbeda dengan pendahulunya dulu yang hanya sendiri tak tau kepada siapa harus mengaduh karena suami tersayangnya jauh pada sore itu.
satu persamaan pagi ini dengan sore 26 tahun lalu, ada dua wanita hebat yang berupaya untuk menjadi wanita seutuhnya, ibuku, dan istriku.
Aku selalu berfikir aku pantas dulunya menjadi seorang dokter, tapi melihat apa yang ada di depan mataku pagi ini, aku bersyukur Tuhan tidak berkenan membuat nyawa umatNya dipertaruhkan di tangan orang macamku.
Berterima kasihlah kawan terhadap teknologi yang semakin gila majunya, jujur sebelum memasuki proses persalinan ini banyak cerita seram yang menggelayuti pikiranku, tp baru lima menit kursi merasakan pantat tebalku, dokter memberikan aba aba untuk mengangkat bayi dari perut wanita di depan mukaku ini.
Cuma bisa terdiam, semakim terdiam ketika melihat bekas placenta yang masih tertempel di kulit kulit bayi perempuan darah dagingku.
Setelah 9 bulan semuanya ditutup dengan kelahiran menakjubkan ini, hanya berharap dia bisa menjadi pemimpin yang disayangi dan bisa memberikan penghidupan bagi sekitarnya
Khaylila yang cantik, cepatlah kau besar, ajarkan dunia berbagi seperti yang kuajarkan kepadamu..
Khaylila yang mungil, bila kau jadi pemimpin, berikan hak mereka bebas dari rasa takut juga rasa tertindas
Dengan senyummu senjata membeku, tentara bernyanyi, ikuti tingkahmu..
Tak ada lagi naluri menguasai, perlahan akan berganti naluri berbagi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar