Kamis, 11 Februari 2016

Hydraulic Fracturing 101

Pertama kali Hydraulic Fracturing dikembangkan untuk meningkatkan produksi minyak bumi adalah pada tahun 1920 an oleh R.F. Farris dari Stanolind oil and gas corp.
Akhirnya pada tahun 1947, Stanolind (sekarang Amoco Production Co) melakukan pekerjaan hydraulic fracturing pertama di Dunia, yakni sumur Klepper #01, gas well di Grant Country, Kansas, USA. Hasil Gas Deliverability dari well tsb sebenarnya tidak begitu menunjukkan hasil yang signifikan, namun teknis dari pekerjaan ini menunjukkan suatu hal yang sungguh menjanjikan.
Halliburton Oil Well Cementing Co. yang akhirnya mematenkan lisensinya untuk melakukan pekerjaan fracturing.

Setelah kesuksesan dua well yang sudah dilakukannya, rata2 3000 wells dikerjakan oleh perusahaan ini sejak tahun 1955. Dan terhitung sejak 1968, setengah juta job sudah dikerjakan.
Saat ini, fracturing dilakukan di 35-40% oil well di USA, dan sukses menaikkan produksi sumur di kisaran 25-30%.

Sasaran utama pekerjaan Hydraulic Fracturing adalah well well yang berproduksi dari low permeability reservoir hingga medium to high quality reservoir.
Biasanya pekerjaan ini diarahkan ke well yang memiliki indikasi hasil swab yang rendah, dan low rate.
Analisa permeability dari Pressure build up analysis juga bisa menjadi justifikasi untuk melakukan pekerjaan ini. Melihat permeability, Skin, dan reservoir property yang lain.

Hydraulic fracturing adalah salah satu pekerjaan well stimulasi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi sumur dengan mempompakan fluida pada rate dan pressure yang cukup sehingga bisa memecah batuan, idealnya fracture pada batuan ini akan berbentuk semacam wing yang sama besar di kedua sisi dari lubang bor.
Setelah pemompaan selesai ketika fracture sudah terbentuk, fluida akan gradually leak off menuju formasi. Tekanan di dalam rekahan akan turun dan fracture akan tertutup. Maka untuk menjaga agar rekahan tersebut tetap terbuka, nantinya akan diberikan propan (semacam sand) untuk menjaga rekahan tersebut tetap terbuka.

Dewasa ini tipikal pekerjaan Fracturing menggunakan fluida yang cukup thick yang dipompakan ke dalam reservoir. Stage pertama dari pekerjaan ini adalah injeksi Pad (Water, Polymer, dan Additives). Lalu akan diikuti oleh Slurry (Pad+Propant, but generally sand in suspension). Selanjutnya akan diikuti oleh beberapa step slurry yang dibedakan oleh konsentrasi propant dan slurry nya. Dibawah ini contoh step job description dari pekerjaan fracturing.


Pressure akan diberikan saat pad mulai masuk kedalam fracture yang dibuat. Slurry akan membantu memanjangkan fracture yang sudah terbentuk dan menyalurkan propant.
Secara perlahan, fracture akan terisi oleh propant sampai dia ter packed sempurna.

Sampai detik ini pekerjaan fracturing bisa dinyatakan selesai dan pumping job berhenti. Preesure akan turun, dan fracture mulai ter packed dengan propant di dalamnya.
Dari beberapa Paper, dibawah ini adalah workflow yang bisa dipakai untuk selection process dari pekerjaan Hydraulic Fracturing.

Hal yang paling penting dari suatu design Hydraulic Fracturing adalah Rock Mechanic. Namun sampai saat ini, perkembangan ilmu rock mechanic masih terhambat dibelakang perkembangan dari fluid technology yang terus dikembangkan oleh service company.
Jaman dulu, tak banyak data ataupun teori yang dibutuhkan dalam mendesain suatu pekerjaan fracturing, Namun saat ini baik dari service company ataupun dari oil company membutuhkan banyak data sehingga kita berharap bisa mengontrol kemana fluida itu akan bergerak sehingga kita bisa mengontrolnya. Dan disini, peran rock mechanic sangat dibutuhkan.
Fracture yang terbentuk di bumi itu bukan Horizontal Fracture, namun vertical. Hal itu dikarenakan fracture akan bergerak ke arah batuan terlemah di stressal zone nya. Banyak model geomechanic yang sudah di generate dewasa ini, mulai dari 2D, sampai ke 3D model.

Model 2D dibentuk dari 3 model yang sudah dikenal, Perkins-Kern-Nordgren (PKN), Khristianovic-Geertsma-De Klerk (KGD) model, dan radial model.

Untuk model 3D, biasanya dibentuk dari simulasi statis model dan lebih realistis karena berdasarkan vertical variation di magnitude dan principal stresses.

Setelah kita menentukan model geometri mana yang kiranya cocok dengan reservoir kita, nantinya akan berpengaruh dengan fracture design yang nantinya akan kita buat. Hal tersebut akan mempengaruhi besarnya volume pad atau slurry yang akan kita pompa, dan perkiraan besarnya fracture length dari yang akan kita buat. Dan tentunya akan berpengaruh ke cost dari fracture design kita ke service company.


Oke, selamat mencoba stimulation method ini :)



Source: Halliburton web; Schlumberger paper

Tidak ada komentar:

Posting Komentar