Kamis, 14 Oktober 2010

Don't Tell Mom I Work on the Rigs: She Thinks I'm a Piano Player in a Whorehouse

Ketika baca quote ini, gw cuma bisa tercengang, ama mikir, "Anjiss, masak kerja di rig drilling disamain ama kerja jadi pianist di rumah bordir?"
bener bener parah.

Tapi quote ini gw dapetin waktu silaturahim ke salah satu senior gw yang kerja sebagai Mud Engineer di Thailand, dia crita ada seorang crew nya itu baca buku karangan Paul Carter yang judulnya sama dengan judul blog yang gw tulis hari ini.

Paul Carter menulis semua pengalamnnya ketika bekerja diatas rig floor, mencoba mengadu nyawanya melawan kerasnya suatu pekerjaan pemboran, bahkan saking keras dan kotornya pekerjaan itu, dia tidak sanggup menceritakan tentang pekerjaannya itu di depan ibunya sendiri. Bahkan lebih memilih mengatakan dia bekerja sebagai pianist di rumah bordir daripada ibunya tau setiap hari anaknya bersenggama dengan maut di rig floor.

hmm, jadi teringat pengalaman gw sebelum masuk di jurusan ini, saat gw ngomong ke nyokap kalo gw mau masuk di Jurusan Teknik Perminyakan, pikiran nyokap cuma satu, "Anaknya bakal jualan bensin".

Wajar sih kalo nyokap ngomong gitu, kosakata teknik perminyakan bisa dianggap baru di lingkungan telinga keluarga kami, bahkan semua masyarakat di lingkungan tempat aku tinggal. Sampai mereka tega ngatain gw bakal jualan bensin. (-.-"

Ada peristiwa yang menarik, sekitar bulan April 2010 kemaren, Alhamdulilah penulis dapat kesempatan untuk melaksanakan On Job Training di salah satu perusahaan migas multi national yang ada di Papua, di kepala burung.

Sungguh pengalaman yang tak terbayangkan bisa sampai ke tempat se indah itu.

Sebelum gw berangkat kesono, ke tuh tanah timur Indonesia, gw dipanggil ma nyokap,
gw cuma mikir, tumben tumbenan ini dipanggil, mau dikasih uang saku apa ya.
Eh, langsung aja nyokap ngomong "masak sih praktek jualan bensin sampai ke Papua segala?"
langsung dah gw senyum kecut depan nyokap gw. zzzzzzz...-,-

yaaah, cuma intermeso itu mah.

Disini gw cuma mau ngomongin, di Industri ini, industri perminyakan, kita akan selalu berhadapan dengan yang namanya maut. Ga main2 yang kita lawan adalah bumi, bukan sesuatu hal yang kecil, kita akan banyak bertarung melawan semua hal yang berkaitan dengan yang namanya pressure dan temperatur, sesuatu hal yang bila tidak bisa di manage dengan baik, akan sangat mudah menimbulkan ledakan dan menghancurkan tubuh kita dengan mudah.

Sapa sih yang mau kerja di tempat kotor seperti itu? Benar2 di pelosok pedalaman suatu pulau, amat jaauuuh dari kesan bersih dan rapi, jauh dari sinyal HP, jauh dari keramaian, ga ada kemacetan (pernah di tempat gw On Job Training jarak 20 KM ditempuh 10 menit gara2 ga ada kendaraan lain), ga ada supermarket, ga ada mall, ga ada bioskop, panas nya minta ampun, yang dilihat pohon dan kalo beruntung ketemu macan ato gajah, itu kalo onshore (pemboran di darat), kalo di offshore (pemboran lepas pantai) tiap hari sehari 24 jam sebulan 30 hari yang diliat cuma air dan kayake laut ama langit ga ada batas. Belum kalo ada badai kayak di pirates and caribean (lebai).

kalau semua itu dibayangin, apa kamu kamu ini mau kerja di tempat seperti itu?
belum lagi dengan lingkungan pekerjaan yang amat sangat panas, bukan cuma panas matahari yang selalu menyengat, panasnya mulut2 para pekerja yang ada di atas rig floor juga ikut memanaskan isi otak anda anda yang berniat bekerja di tempat ini.

Gw pernah denger cerita, based on true story, ada seorang atasan dari suatu services company bahkan berani memukul engineernya dengan botol sampai pecah, gara2 mereka gagal dalam melakukan suatu operasi directional drilling (pemboran miring).

Benar benar pekerjaan yang amat kotor dan berbahaya deh menurut gw.

Ditambah kita yang harus menanggung resiko jauh dari keluarga, ditempat yang amat sepi kayak gitu, jauh dari anak istri (kalo dah punya), benar2 pekerjaan yang mengerikan.

memang, ada hal lain yang dibayarkan bila kita sanggup bertahan di tempat ini, iya uang yang berlimpah.
bahkan ada seorang rekan yang juga belajari di jurusan yang sama namun di lain universitas, dia di Jakarta tepatnya. Menulis sebuah note tentang pekerjaan kita di FB. Seperti ini:

Working in the oil industry:

1. We work in weird shifts ... Like prostitutes.

2. They pay you to make the client happy ... Like prostitutes.

3. The client pays a lot of money, but your employer keeps almost every penny ... Like prostitutes.

4. You are rewarded for fulfilling the client's dreams ... Like prostitutes.

5. Your friends fall apart and you end up hanging out with people in the same profession as you ... Like prostitutes.

6. When you have to meet the client you always have to be perfectly groomed ... Like prostitutes.

7. But when you go back home it seems like you are coming back from hell ... Like prostitutes.

8. The client always wants to pay less but expects incredible things from you ... Like prostitutes.

9. When people ask you about your job, you have difficulties to explain it ... Like prostitutes.

10. Everyday when you wake up, you say: I'M NOT GOING TO SPEND THE REST OF MY LIFE DOING THIS ****"..... Like prostitutes.





The only difference is the prostitutes can take Christmas and New Year's Eve off and they actually DO make a lot of Money!!! If you know someone in the oil industry please share this email with them so they don't feel bad anymore.... Like prostitutes!!!

seperti itulah, bukan cuma kami disini yang kuliah di Jogja, yang di Jakarta juga merasakan hal yang sama.

Inilah Oil and Gas industry, emang sih gw belum kerja, belum bisa ngalamin, cuma bisanya bacot kagak bener kek gini, gw aja yang kuliah di tempat kek ginian masih gemeter ngebayangin gimana ntar gw kerja. (-_-"

Pertanyaane :"tahan ga gw kerja di tempat kek gini?"
bisa bisa gw malah kencing mulu di celana.zzz...-,-

tapi sungguh percaya ama gw, oil and gas industry adalah industri yang benar benar riskful activities, benar benar crazy activities, bahkan lebih baik bekerja di tempat seperti whorehouse yang tiap kerja ga diawasi malaikat pencabut nyawa. (horor abis dah)

Sekali lagi hidup adalah pilihan, jika anda berani memutuskan untuk bekerja ditempat seperti ini, ambil semua resiko itu, ambil hikmah didalamnya. tapi saran gw, jangan ngomong ke keluarga deh, kerasnya perjuangan kita mencari nafkah. Kasih tau yang baik baik aja. Dan semoga mereka doakan yang terbaik buat kita2 yang kerja di tempat ginian. jangan cuma tau enake aja. ;)

wajar jika seorang Paul Carter mengatakan "Don't Tell Mom I Work on the Rigs: She Thinks I'm a Piano Player in a Whorehouse"



penampakan gw didepan Blow Out Preventer di perusahaan minyak di daerah tuban(ne alat yang nge jaga biar saat drilling ga meledak, gitu dah)



penampakan gw didepan drilling rig (buat ngebor gan) itu sekitar 2500 HP (hore power), tertarik kerja di gituan??

1 komentar:

  1. Hahaha bener banget.. sampe sampe lupa waktu. Namanya kerjaan ada plus minusnya mas. Apa yang diyakini in shaa allah ada berkahnya.
    Memang hampir 80% bener semua kerja di RIG progress always be a first priority tanpa mengesampingkan safety ya.
    Tapi team di well services sangat - sangat coorporate kok. Saya yakin mas bakal bangga bisa bekerja di bidang tersebut.

    Salam,
    Widya

    BalasHapus